Aku bingung harus memulai dengan diksi seperti apa setelah kekacauan ini terjadi, dan setelah hari itu.
Semoga Tuhan selalu menaungimu dengan tenang yang menyejukkan.
Â
Izinkan aku memanggil namamu sekali lagi
Kamu boleh marah sepuasnya, kamu juga boleh membenciku.
Tetapi, seusai amarahmu mereda, mohon lapangkan hatimu dan menolehlah ke belakang, ke arahku.
Â
Aku tidak pernah berniat menyakitimu, tidak pernah ingin menghancurkanmu.
Aku justru takut sekali menyakitimu, terlebih saat aku mengungkapkan perasaanku malam itu. Aku sungguh merasa bersalah, tak sepantasnya aku melampaui batas sebagai seorang pembaca.
Aku tak bermaksud bolak-balik dihidupmu, aku takut keberadaan atau bahkan perasaanku hanya akan memberatkanmu.