Mohon tunggu...
Desy Marianda Arwinda
Desy Marianda Arwinda Mohon Tunggu... flight through writes

Hidup lebih hidup dengan menulis!

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Nawala Patra

27 April 2025   23:02 Diperbarui: 27 April 2025   23:16 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://pin.it/5VnhZVhtH

Masih ingatkah luka pertama yang membuatmu tak bisa tidur?

Masih ingatkah luka pertama yang membuatmu tak mampu bangkit dari tempat tidur?

Aku yakin, luka-luka itu tak lekas hilang di benakmu, ia terus bertumbuh seiring kaumelanjutkan hidup.

Pikirkan ini saat kau berada di hadapan ember cucian atau mesin cuci,

"Apakah masa lalu bisa dikucek hingga bersih seperti mengucek kain putih yang bernoda darah?"

Atau, "Apakah masa lalu akan hilang ketika direndam selama tiga puluh menit?

Sejujurnya, aku skeptis.

Tak ada yang benar-benar tahu jawaban itu, berlalu seperti sesuatu yang terburu-buru melaju.

Bagi kau yang seringkali menyangkal, masa lalu masih menjadi komoditi di larik-larik puisi seseorang.

Bagi kau yang telah pergi, masa lalu adalah pintu keluar yang tak ingin kautoleh dikemudian hari.

Dan bagiku yang dikejar tenggat waktu, masa lalu seperti ransel penuh buku-buku tebal di pundakku bahkan seperti cermin retak yang selalu mendiami dinding kamarku.


Masa depan jadi sungkan mampir di percakapan kita.

Aku memandang masa depan seperti deretan kukis pandan yang sedang dibakar di pemanggang.

Aku juga memandang masa depan seperti kotak coklat bubuk van houten yang sedang terbuka di sudut dapur.

Tapi masa lalu selalu seperti angin buritan dan angin sakal tiap kali memilih melangkah menuju rute perjalanan yang baru.


Kelirukah aku telah menganggap masa lalu seperti tempias hujan di kaca jendela?

Dan kautahu, masa lalu telah menjelma nawala patra yang mengutuk cinta pertamamu.


Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun