Mohon tunggu...
Desy Pangapuli
Desy Pangapuli Mohon Tunggu... Penulis - Be grateful and cheerful

Penulis lepas yang suka berpetualang

Selanjutnya

Tutup

Parenting Artikel Utama

Efek Traumatis pada Anak akibat Menonton Film Horor

13 Agustus 2022   02:19 Diperbarui: 14 Agustus 2022   00:51 187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi anak nonton film horor (Sumber: istockphoto)

Singkat cerita begitu mengetahui yang terjadi, aku memilih untuk menghadap kepala sekolah dan menceritakan semuanya secara lengkap, sekaligus dampak yang terjadi pada anak teman. 

Sekalipun, pilihan film adalah suara mayoritas. Tetapi menurutku tidak seharusnya Laoshi memberikan pilihan tersebut kepada anak usia SD yang usianya sekitar 10 tahun. Bukankah film horor diizinkan ditonton minimal untuk usia 13 tahun?

Curhatku sebagai orang tua berujung tragis! Tidak tahu persisnya apakah dikarenakan kebetulan atau tidak. Rupanya sekolah mengambil kebijakan untuk menghentikan guru yang bersangkutan sebab dinilai memberikan dampak traumatis pada anak. 

Sekalipun awalnya Laoshi bermaksud untuk memberikan suasana kelas berbeda.

Lebay? Sama sekali tidak, karena dampak traumatis tidak terlihat langsung seperti orang yang kejedot tembok lalu benjol. Melainkan yang terjadi adalah "kerusakan" yang tidak terlihat, dan bisa permanen. Inilah dampak yang dialami anak akibat menonton film horor, yaitu:

  • Gangguan tidur, dikarenakan suasana dan suara pada film terbawa atau terngiang-ngiang dalam ingatan. Bahkan bukan tidak mungkin terbawa dalam mimpi.
  • Phobia atau kecemasan, yang sering terjadi pada kebanyakan orang yang menonton horor. Terlebih anak yang sulit membedakan antara film dan dunia nyata. Akibatnya anak berhalusinasi dengan imajinasinya sendiri.
  • Menjadi agresif, umumnya yang terjadi anak kerap meniru adegan di film untuk diaplikasikan dalam kehidupan nyata. Sehingga adegan kekerasan yang ada di film horor, bisa jadi ikut terbawa dalam kehidupan nyata si anak.
  • Simbol Catharsis, bahwa film horor memegang peran dalam mengembangkan pikiran negatif. Anak cenderung ketakutan dan memacu detak jantungnya, otot menegang, berkeringat, atau bahkan suhu tubuh turun.

Kondisi ini masih banyak belum disadari oleh orang tua. Jadi jangan harap ada pengawasan yang melekat. Bahkan banyak orang tua yang mengajak anaknya ikut menonton film horor! Lalu parahnya dengan dilabelin, "Jangan jadi penakut. Itu hanya film, tidak perlu takut!"

Miris, karena usia anak jauh di bawah orang dewasa, sementara orang dewasa saja sering kali terbawa ketakutan akibat menonton film horor. Apalagi anak yang secara umur belumlah matang untuk membedakan film dan kenyataan. 

Aku saja trauma dengan film horor berjudul Clown, padahal aku menonton di usia dewasa pada sebuah tayangan televisi.

Inilah salah satu alasannya, saat menjadi orang tua, aku melarang kedua anakku menonton film horor! 

Bagiku, film bukan sekedar tontonan, tetapi juga memiliki jiwa. Terlebih film horor yang umumnya akan menghantui pikiran sehingga kita larut dalam imajinasi.

Oleh karenanya, peran penting orang tua untuk berpikir tentang baik dan buruk yang akan dialami anaknya dengan memberikan tontonan yang sesuai dengan klasifikasi usia, serta pastinya manfaat film itu sendiri, apakah mendidik ataukah menghibur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun