Mohon tunggu...
Desy Pangapuli
Desy Pangapuli Mohon Tunggu... Penulis - Be grateful and cheerful

Penulis lepas yang suka berpetualang

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Maaf, Aku Selingkuh

23 November 2020   19:08 Diperbarui: 24 November 2020   02:24 285
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
via health.detik.com

Berada di dekat Doni membuatku ketakutan.  Aku tersadar, aku ini siapa?  Gile...kemana saja aku selama ini?  Sejak jadi cewek Doni, aku membiarkan hidupku diambil olehnya.  Nggak ada lagi itu gank rempong teman-teman cewekku.  Mereka ngabur karena tidak mau Doni memakiku.

Bukan sekali, tetapi kata-kata hina sudah jadi langganan kalau Doni murka kepadaku.  Sementara aku hanya diam karena tidak mau ribut.

Raka, cowok yang sahabatku itu adalah sosok yang belakangan aku rindu.  Tidak jelas apa yang kami jalani berdua.  Tetapi Raka selalu hadir menghiburku.  Sembunyi-sembunyi kami selalu sempatkan diri menikmati es cincau dekat rumahku.  Biar adem katanya menghiburku setiap kali didapatinya mataku sembab habis menangis.

Katakan aku selingkuh dan tidak setia kepada Doni, apakah aku salah?  Apakah aku salah jika kenyataannya kebersamaanku dengan Doni menyakiti diriku dan mungkin dia.  Aku bahkan jadi bertanya, cinta ataukah kebanggaan yang aku miliki.  Buktinya aku tidak pernah cemburu sekalipun banyak cewek tergila-gila pada Doni.

Iya, mungkin dulu aku jatuh cinta.  Tetapi apakah iya itu cinta?  Kenapa cinta diantara aku dan Doni seperti pengorbanan nyawa?  Aku kehilangan kehidupanku sejak bersamanya.  Meski mungkin Doni hanya ingin menjagaku, tetapi itu menyakitkan untukku.  Fix, aku harus jujur sebelum semuanya bertambah parah.

Sore itu seperti biasa aku ke lapangan sekolah kami.  Maksudnya sih aku ingin menyelesaikan urusan hati ini.  Kejutan mungkin karena sebelumnya aku mengatakan tidak bisa ke lapangan.  Tetapi, rupanya aku duluan terkejut.

"Haaa...siapa cewek itu?  Kok Doni memberikan botol minum miliknya untuk diminum cewek itu?" kataku bertanya-tanya sendiri.  Tetapi aneh, aku justru merasa lega.  Lalu tanpa ragu, aku tetap masuk ke lapangan dan duduk ditempatku biasanya.

"Don..Doni...!" teriakku sambil melambaikan tanganku.  Wajahnya terlihat kaget, tetapi samar aku melihat dicobanya untuk tersenyum.

Berbeda dari sore yang lain maka kali ini aku memilih pulang lebih awal.  Kakiku terasa ringan melangkah, dan senyumku pun terhias manis sekali entah untuk siapa.

"Tenang Don, kamu nggak selingkuh kok, karena aku sudah duluan," kataku berlalu meninggalkan lapangan bola sore itu.

"Woi...Tariii...mau ke mana? Mau aku anterin nggak?" suara teriakan Raka terdengar memanggil dari parkir sekolah kami.

"Traktir aku cincau yah," kataku balas teriak sembari tersenyum bahagia mengakhiri sore itu bersama Raka.

Jakarta, 23 November 2020

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun