Mohon tunggu...
Desy Pangapuli
Desy Pangapuli Mohon Tunggu... Penulis - Be grateful and cheerful

Penulis lepas yang suka berpetualang

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Malam Bertabur Cinta

29 Oktober 2020   00:15 Diperbarui: 29 Oktober 2020   00:20 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Betapa senangnya Ayu karena seluruh kerja kerasnya berbuah manis.   Nggak lama lagi dirinya akan meninggalkan Jogya, dan seluruh kenangannya.  Pikir Ayu sendiri di kamar sambil memeluk boneka beruang kecil pemberian Piko di hari ulang tahunnya dulu yang ternyata masih menjadi penyemangat baginya.

Mungkin cinta itu ada, dan mungkin cinta itu bukan untuk aku dan Kak Piko.  Tidak semua cinta harus dikatakan, karena memang tidak semua cinta harus memiliki.  Begitu tulisan Ayu dalam lembar buku diarynya.

Sampailah kemudian hari ketika Ayu harus meninggalkan kota Jogya.  Di sore itu seseorang yang dikenalnya lama datang dengan membawa sebuah surat.

"Kak Joko, ehhmm...tumben banget.  Ada apa kak?" tanya Ayu kaget karena setelah sekian lama tiba-tiba Joko sahabat Piko ke rumahnya?

"Aku bawa surat dari Piko untuk kamu Yu," jawab Kak Joko sembari memberikan surat dan sebuah bungkusan kecil.

Terdiam Ayu karena nama itu seolah mengembalikan semua cintanya yang pergi.  Apalagi ini adalah hari terakhirnya di kota Jogya.  Besok pagi-pagi dirinya akan berangkat dengan kereta ke Bandung, memulai lembaran baru kehidupannya.

Berlahan dibacanya goresan pena Kak Piko dengan hati berkecamuk.  Lalu dibukanya bingkisan kecil itu, dan mendapati satu set pena gambar yang dulu pernah ingin dimilikinya.

"Piko tahu kamu diterima di ITB.  Selama ini dia selalu mengikuti perkembangan kamu, dan dia senang sekali kamu bisa meraih mimpimu.  Dia sayang kamu Yu, tetapi ada alasan yang mungkin tidak bisa kamu pahami kenapa ini menjadi pilihannya.  Kamu juga nggak perlu bilang bagaimana perasaan kamu ke dia Yu, karena airmata kamu di caf sore itu menjawab semuanya.  Kejar mimpimu, itu pesannya," suara Kak Joko sahabat Kak Piko mencoba menjelaskan bagaimana selama ini ternyata laki-laki cinta pertama Ayu itu mencintai dari jauh dengan alasannya sendiri yang mungkin sulit diterima Ayu.

Malam itu bisa saja Ayu menelpon Kak Piko, ataupun sebaliknya Kak Piko menelponya.  Tetapi tidak dilakukan keduanya.

Esok pagi, Kereta Mutiara Selatan membawa Ayu meninggalkan kota Jogya.  Mata Ayu berusaha mencari seandainya Kak Piko ada disana, tetapi tidak.  Didalam genggaman Ayu, dipegangnya erat kado kecil satu set alat pena gambar dari Kak Piko.

"Terima kasih kak, aku akan belajar keras mengejar mimpiku seperti ceritaku dulu.  Selamat tinggal Jogya, selamat tinggal Kak Piko," bisik Ayu dengan airmatanya yang kemudian menetes seiring kereta berjalan.

Jakarta, 29 Oktober 2020

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun