Betapa senangnya Ayu karena seluruh kerja kerasnya berbuah manis. Â Nggak lama lagi dirinya akan meninggalkan Jogya, dan seluruh kenangannya. Â Pikir Ayu sendiri di kamar sambil memeluk boneka beruang kecil pemberian Piko di hari ulang tahunnya dulu yang ternyata masih menjadi penyemangat baginya.
Mungkin cinta itu ada, dan mungkin cinta itu bukan untuk aku dan Kak Piko. Â Tidak semua cinta harus dikatakan, karena memang tidak semua cinta harus memiliki. Â Begitu tulisan Ayu dalam lembar buku diarynya.
Sampailah kemudian hari ketika Ayu harus meninggalkan kota Jogya. Â Di sore itu seseorang yang dikenalnya lama datang dengan membawa sebuah surat.
"Kak Joko, ehhmm...tumben banget. Â Ada apa kak?" tanya Ayu kaget karena setelah sekian lama tiba-tiba Joko sahabat Piko ke rumahnya?
"Aku bawa surat dari Piko untuk kamu Yu," jawab Kak Joko sembari memberikan surat dan sebuah bungkusan kecil.
Terdiam Ayu karena nama itu seolah mengembalikan semua cintanya yang pergi. Â Apalagi ini adalah hari terakhirnya di kota Jogya. Â Besok pagi-pagi dirinya akan berangkat dengan kereta ke Bandung, memulai lembaran baru kehidupannya.
Berlahan dibacanya goresan pena Kak Piko dengan hati berkecamuk. Â Lalu dibukanya bingkisan kecil itu, dan mendapati satu set pena gambar yang dulu pernah ingin dimilikinya.
"Piko tahu kamu diterima di ITB. Â Selama ini dia selalu mengikuti perkembangan kamu, dan dia senang sekali kamu bisa meraih mimpimu. Â Dia sayang kamu Yu, tetapi ada alasan yang mungkin tidak bisa kamu pahami kenapa ini menjadi pilihannya. Â Kamu juga nggak perlu bilang bagaimana perasaan kamu ke dia Yu, karena airmata kamu di caf sore itu menjawab semuanya. Â Kejar mimpimu, itu pesannya," suara Kak Joko sahabat Kak Piko mencoba menjelaskan bagaimana selama ini ternyata laki-laki cinta pertama Ayu itu mencintai dari jauh dengan alasannya sendiri yang mungkin sulit diterima Ayu.
Malam itu bisa saja Ayu menelpon Kak Piko, ataupun sebaliknya Kak Piko menelponya. Â Tetapi tidak dilakukan keduanya.
Esok pagi, Kereta Mutiara Selatan membawa Ayu meninggalkan kota Jogya. Â Mata Ayu berusaha mencari seandainya Kak Piko ada disana, tetapi tidak. Â Didalam genggaman Ayu, dipegangnya erat kado kecil satu set alat pena gambar dari Kak Piko.
"Terima kasih kak, aku akan belajar keras mengejar mimpiku seperti ceritaku dulu. Â Selamat tinggal Jogya, selamat tinggal Kak Piko," bisik Ayu dengan airmatanya yang kemudian menetes seiring kereta berjalan.
Jakarta, 29 Oktober 2020