Mohon tunggu...
DesoL
DesoL Mohon Tunggu... Penulis - tukang tidur

▪tidak punya FB/Twitter/IG dan sejenisnya▪

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Mencintai Kamu, Meracuni Aku

22 November 2016   21:05 Diperbarui: 23 November 2016   03:01 2092
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: walldevil.com

“Rupanya rindu itu memiliki aroma seperti bubble gum dan sedikit hangat.”

Pernah kurasakan aroma yang sama. Malam itu di sebuah lapangan, wanita yang mewariskan rumahnya padaku, menyuruhku membeli sebuah benda seperti kelereng namun beraneka warna. “Yang kamu pegang itu bubble gum, makanlah!” Aku terus mengunyahnya sepanjang bianglala masih berputar untukku. Sejak saat itu aku tak pernah melihatnya kembali.

***
Jika kuingat diriku yang dulu, aku memang berniat mati. Ingin sekali kuminta pada Tuhan untuk mencoret namaku dari daftar kelahiran dua puluh tahun lalu. Aku tak ingin lahir. Aku tak ingin bertumbuh dengan tidak menjadi siapa-siapa. Kamu boleh membakar surat ini, atau sekaligus mengabukan aku.

Dinding putih mengepungku. Laki-laki itu mulai meninjuku dengan berbagai macam pertanyaan. Matanya terus mengawasiku seolah-olah aku ini seorang teroris.

“Tuan, aku butuh obat!”

“Anda tidak sakit.”


“Punggungku gatal-gatal sejak seminggu lalu. Aku juga susah tidur.”

“Apa yang Anda lakukan seminggu lalu?”

“Hanya keluar rumah untuk mengunjungi dermaga. Itu saja.”

“Tidak ada yang lain?”

“Aku bertemu seseorang di sana.”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun