Mohon tunggu...
Deri Prabudianto
Deri Prabudianto Mohon Tunggu... Freelancer - Hanya orang biasa

Wa/sms 0856 1273 502

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Namaku Awai 117-119

18 Mei 2018   08:12 Diperbarui: 18 Mei 2018   11:14 1137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Awai malu telah berburuk sangka. Ia menerima bunga ros itu dengan tangan gemetar. " Kamu tak perlu meminta maaf, aku yang harus meminta maaf karena telah salah sangka padamu."

" Kupikir kamu marah padaku. Selama ini aku tak berani datang, takut kamu mengusirku."

" Aku sadar kondisiku, aku tak berani mengusir tamu yang datang menjenguk ayahku."

" Oh, ya. Bagaimana keadaan paman Tan? Apakah sudah membaik." Tanya Tiong It, keduanya berdiri, saling kikuk.

" Membaik sedikit demi sedikit. Dokter mengatakan, setelah sembuh papa akan menderitalumpuh sebelah. Tidak bisa berjalan normal layaknya manusia biasa."

" Aku hanya bisa bersimpati. Hanya bisa mendoakan, tak bisa membantu apa apa. Kudengar kamu berhenti sekolah. Apa kabar itu benar ? " tanya Tiong It sambil menatap wajah Awai tanpa kedip, entah kenapa menatap wajah Awai membuat hatinya tenteram hingga lupa rasa lapar dan haus.


Awai mengangguk. " Tiada yang bisa membantuku merawat papa, aku terpaksa berhenti."

" Ehem, ehem. Katanya kalau dia muncul mau disuruh duduk. Kenapa dia dibiarkan berdiri ?" sela Yolana dari samping.

Awai salah tingkah mendengarnya. Ia mencari kursi yang biasa diduduki tamu pasien lain. Untungnya ada. Ia menyilahkan Tiong It duduk, sementara ia tetap berdiri agak jauh dari Tiong It.

" Sangat disayangkan berhenti 2 bulan menjelang ujian akhir. Bagaimana kalau kubantu kamu mengatakan pada kepala sekolah agar kamu diberi kelonggoran ?" tanya Tiong It, berusaha bersikap tenang sambil menenangkan deburan jantungnya.

" Aku, mungkin tak bisa. Aku tak punya uang untuk membayar spp, selain itu, tak ada yang menjaga papa. Aku tak bisa meninggalkan papa. Papa membutuhkan aku. Aku harus selalu berada di sampingnya."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun