Mohon tunggu...
Deri Prabudianto
Deri Prabudianto Mohon Tunggu... karyawan swasta -

no

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Cinta Aisa 69: Cewe Seksi di Tengah Jalan

20 April 2017   06:30 Diperbarui: 20 April 2017   09:13 3210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“ Lalita membawakanmu obat, ya ?” tanya Prana.

Daripada terlambat akibat banyaknya pertanyaan Prana, lebih baik ia mengangguk.

“ Seragam pinjamannya mana ? “ Aisa menyodorkan tangan.

Prana terpaku sejenak, lalu mengambil plastik yang dipegang papanya. Disodorkan plastik itu ke Aisa. Aisa terbelakak. Baju itu bukan baju pinjaman, melainkan baru.

“ Gak usah dikembalikan. Tadi malam mama dan papa membelinya untukmu.” Kata Prana. 

“ Aduh, Aisa menyusahkan papa dan mamamu lagi, sungguh tak enak sakitku membuat banyak orang sibuk dan kuatir.” Kata Aisa, menerima baju itu, mengucapkan terima kasih pada Prana dan pak Sulaiman. Setelah itu, ia  berganti pakaian. Tak sampai 5 menit ia sudah kembali dengan memakai seragam.


“ Ayo berangkat, “ ajak Aisa ketika melihat Prana dan pak Sulaiman tertegun.

“ Benar nih tidak sakit ?” tanya Prana bimbang.

“ Benar kok. Lihat ini !” Aisa melompat ke atas, mendarat lagi tanpa meringis atau merintih, bahkan ketawa. Bukankah Prana senang melihatnya gembira? Sebelum terkena pukulan lebih hebat lagi, kenapa aku tidak bergembira sepuasku, kata Aisa dalam hati. Ia yakin begitu ibunya keluar dari rumah sakit, akan mencarinya untuk membuat perhitungan gara gara ia dirawat di rumah sakit Caltex.

“ Aku harus bertanya pada Lalita obat apa semujarab itu.” Kata Prana. Pak Sulaiman ketawa melihat rasa penasaran anaknya begitu tinggi.

Mereka pamit pada dokter jaga dan perawat jaga. Aisa tak menyangka ia bakal diantar dengan mobil pak Sulaiman. Kalau ketahuan ia pasti dpukuli lebih hebat lagi. Ia risih hingga tak berani ngomong selama di perjalanan. Bahkan ia duduk di kursi mobil dengan menyandarkan punggungnya, tidak terlihat meringis meski jalanan tidak rata. Prana terus menatap Aisa, masih belum bisa menerima kenyataan bahwa Aisa tidak meringis sama sekali. Atau, jangan jangan Aisa kesakitan, sengaja memperlihatkan wajah gembira untuk menyenangkan hatinya ?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun