Mohon tunggu...
Derajat Fitra
Derajat Fitra Mohon Tunggu... Guru - Masih belajar

Iman-Ilmu-Amal

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Bekal untuk Para Pembelajar Muslim

11 Juni 2020   20:01 Diperbarui: 11 Juni 2020   20:16 253
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
pinterest.com/bugyptian

Kitab suci Al-Quran, yang merupakan sumber utama epistemologi Islam mengisyaratkan bahwa seluruh alam semesta dengan apa yang ada padanya adalah seperti ‘Buku’ yang agung dan terbuka untuk ditafsirkan dan dimengerti. 

Di dalam kitab suci Al-Quran pun banyak dinyatakan bahwa manusia yang memiliki kesungguhan, kecerdasan, kepahaman, ketajaman dan ilmu dengan saluran-saluran ilmu yang utama tersebut akan dapat memahami isi atau makna dari ‘Buku’ itu. Semua saluran ilmu yang utama tersebut adalah perangkat-perangkat untuk dimanfaatkan manusia dalam rangka menggapai kebenaran atau makna hakiki dari segala realitas yang niscaya.

Epistemologi Islam secara keseluruhannya mengakui bahwa setiap satu dari ketiga saluran ilmu tersebut memiliki kedudukan dan peranannya masing-masing dalam usaha manusia menjadi berilmu. 

Bahkan dalam kerangka epistemologi tersebut manusia tidak akan terjebak dalam sikap atau gejala ekstrim dalam meninggikan salah satu dari ketiga saluran ilmu tersebut, sehingga tidak akan menimbulkan aliran-aliran ekstrim seperti rasionalisme, empirisisme, idealisme, materialisme, pragmatisme, relativisme, skeptisisme dan lain sebagainya. 

Pemahaman yang benar tentang saluran-saluran ilmu inilah yang menjadi bekal bagi para pembelajar Muslim untuk membentuk dasar dan kerangka asas dalam pendekatan dan metodologi penelitian atau pengkajian yang bersesuaian dengan ajaran Islam.

Kitab suci Al-Quran sebagai sumber utama epistemologi Islam mengandung keterangan dengan pernyataan-pernyataan yang jelas bahwa seluruh alam semesta dan segala apa yang ada padanya bagaikan sebuah “Buku yang Agung” yang Allah ciptakan dan terbuka untuk dipahami. 

Kitab suci al-Quran pun memotivasi bahwa dengan segala kemampuan yang dimiliki dan keterbatasan yang ada padanya, setiap manusia normal yang memiliki bekal ilmu sesungguhnya akan dapat memahami ayat-ayat kauniyah dan ayat-ayat nafsiyah yang terkandung di dalam ‘Buku yang Agung’ itu. 

Ayat-ayat Al-Qur’an dan As-Sunnah ataupun Hadits Nabi Saw., yang shahih sebagai penjelasan dan penguat Al-Qur’an tidak mungkin akan bertentangan dengan akal sehat dan dengan tanda-tanda kekuasaan Allah baik yang kauniyah maupun nafsiyah.

Selain itu, penting sekali diingat bahwa dalam pandangan Islam segala ilmu datangnya dari Allah Subhanahu wa Ta’ala dan untuk mendapatkannya tidak terlepas dari hidayah-Nya. 

Al Attas menjelaskan bahwa apabila merujuk kepada Allah sebagai pemberi aktif dan manusia sebagai penerima pasif, maka pengertian ilmu adalah “tibanya makna suatu perkara atau suatu objek ke dalam jiwa” (husul ma’nal-shay’ fi’l-nafs). Sedangkan apabila merujuk kepada jiwa selaku penerima aktif, ilmu adalah “tibanya jiwa kepada makna suatu perkara.” (wusul al-nafs ila ma’nal-shay). 

Dengan demikian, dalam proses mencari ilmu, manusia selalu berkaitan dengan proses aktif dan proses pasif. Aktif menuntut ilmu dan memperoleh ilmu secara pasif berkat anugerah dari Allah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun