Ustaz, artis, dan influencer menjadi agen dakwah baru.
Islam tampil dalam bentuk yang ringan, menghibur, dan mudah diterima masyarakat modern —misalnya sinetron religi, lagu pop Islami, hingga dakwah di YouTube.
Hasan menyebut ini sebagai “komersialisasi Islam” yang bisa berdampak positif (menyebarkan nilai agama) tapi juga berisiko (menjadikan agama hanya simbol).
5. James J. Fox – Currents in Contemporary Islam in Indonesia
Fox membahas banyak “arus” Islam yang berkembang di Indonesia:
- Islam Liberal (pemikiran rasional, pluralis)
- Islam Salafi (puritan dan tekstual)
- Islam Tarbiyah (gerakan dakwah kampus)
- Islam Sufi modern (tasawuf perkotaan)
Menurut Fox, semua arus ini menunjukkan bahwa Islam Indonesia sangat plural dan dinamis.
Masing-masing menafsirkan Islam sesuai konteks sosialnya.
Inilah keunikan Indonesia: Islamnya beragam tetapi relatif damai.
6. Patricio Abinales – Transnational Islam and the State
Bab ini mengulas pengaruh gerakan Islam internasional (Ikhwanul Muslimin, Hizbut Tahrir, Jamaah Tabligh, Salafi) terhadap Indonesia.
Abinales menunjukkan bahwa globalisasi memperkuat koneksi ideologi keislaman lintas negara, tapi juga memunculkan ketegangan dengan Islam lokal (Nusantara).
Pemerintah Indonesia seringkali mengambil posisi “waspada” terhadap gerakan transnasional, terutama bila dianggap mengancam ideologi Pancasila.
Bagian III – Islam, Ekonomi, dan Budaya Populer
7. Sally White – Islamic Business and Piety in Indonesia
White meneliti ekonomi syariah dan bisnis Islami yang berkembang pesat: bank syariah, asuransi, investasi halal, hingga fashion Muslim.
Ia menyebut fenomena ini sebagai “piety capitalism” perpaduan antara religiusitas dan kapitalisme.