"Emang mau gambar apa, Van," tanyaku.
"Gambar gajah." katanya. Entah gajah Afrika atau gajah Asia yang konon bisa dibedakan berdasarkan bentuk telinganya, anakku hanya menggambar sesuatu berbentuk bulat bertelinga lebar dan ada garis lurus di antara mata yang di beri nama belalai.Â
Aku sedikit merenung kenapa Vanya memilih gajah tanpa tubuh sebagai makhluk fantasi visualnya...sebentar, apakah ini adalah gambaran-gambaran feed yang penuh dengan foto selfie tanpa mau terlihat seutuhnya siapa jati diri sang pengunggah? Tidak mau terlihat seutuhnya, namun ingin saja mengurusi kehidupan orang lain yang bukan urusannya hingga seutuh-utuhnya, sedalam-dalamnya. Ah memang ya dunia media sosial ini begitu keras dan kejam.
Diet Media Sosial
Dari laman situs We Are Social, pada Januari 2020 ada 160 juta pengguna aktif di Indonesia yang menggunakan media sosial, ada peningkatan 10 juta orang Indonesia yang aktif di medsos.Â
Adapun medsos yang paling banyak diakses oleh pengguna internet Indonesia dari paling teratas adalah YouTube, WhatsApp, Facebook, Instagram, Twitter, Line, FB Messenger, LinkedIn, Pinterest, We Chat, Snapchat, Skype, Tik Tok, Tumblr, Reddit, Sina Weibo.
Namun di saat pengakses media sosial di Indonesia mengalami pengingkatan, di saat itu pula sebagaian golongan masyarakat mulai menjalani diet media sosial. Kalangan mulai melakukan diet media sosial, mungkin karena sudah mulai jengah karena aktivitas ber-media sosial yang tekadang menimbuilkan kecanduan.Â
Kita tak melulu harus FOMO (Fear Of Missing Out), ketakutan untuk melewatkan sesuatu hal, karena sebenarnya kehidupan bersosial yang sejatinya bisa kita nikmati dari menemani si buah hati untuk menggambar, berjalan pagi hari di pematang sawah, atau sekadar meghirup aroma tahi sapi yang punya bau khas.Â
Lalu, Sang Tiga Hewan tadi ceria bersama di bawah terik matahari yang menyengat mereka. Ambune asem.....