Mohon tunggu...
Erni Purwitosari
Erni Purwitosari Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Pesepeda dan pemotor yang gemar berkain serta berkebaya. Senang wisata alam, sejarah dan budaya serta penyuka kuliner yang khas.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

{Kado Terindah} A Plate of Oreg Tempe

10 Oktober 2019   09:17 Diperbarui: 10 Oktober 2019   09:27 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto by detikfood.com

"Iya, ya," sahutku.

"Hari ini aku ambil cuti sehari. Kamu tak usah masuk kerjalah say. Ijin sakit atau apa. Temani aku saja. Kita berangkat sambil ngedrop anak-anak di sekolah."

Aku bingung memikirkan alasan tak masuk kerja. Tetapi menemani suami tawaran yang menarik. Apalagi aku juga sedang enggan berangkat ke kantor. Malas menghadapi teman-teman yang berbasa-basi mengucapkan selamat ulang tahun. 

Pada dasarnya aku lebih suka yang privasi. Tidak seperti yang terlihat di televisi. Tetapi sampai sepagi ini suamiku biasa saja. Tak ada tanda-tanda memberi kejutan. Atau ucapan apa gitu. Aku pun diam saja tak ingin menyindir-nyindir. 

Usai mengabarkan bahwa aku tak masuk kerja hari ini. Aku mempersiapkan keperluan untuk pergi hari ini. Walaupun aku tak tahu akan pergi kemana. 

Namun sebagai seorang istri dokter aku sudah tanggap. Terkadang suamiku pergi ke kampung-kampung yang bisa dibilang pelosok. Ada yang urusan dinas atau hanya sekadar membantu kawan sesama dokter di sana atas permintaan si kawan.

"Aku kok seperti pernah ke arah kampung ini deh say. Apa benar dugaanku?" tanyaku setelah mencapai setengah perjalanan.

"Iya, benar," sahut suamiku.

Aku tak bertanya lebih jauh. Kemana pun suamiku menuju itu memang bagian dari tugasnya. Hanya saja kampung yang kami tuju ini memiliki kenangan tersendiri bagiku. Jadi kunikmati perjalanan ini sambil melihat-lihat pemandangan di luar. 

Terbayang bagaimana khawatirnya wajah kakak dan adikku saat membawa ibu ke sini. Terbayang wajah ibu yang menahan sakit. Ya, inilah kampung di mana aku pernah tinggal satu bulan menemani ibu yang menjalani perawatan tradisional patah tulang.

Ibu mengalami kecelakaan lalu lintas dan divonis lumpuh jika tidak menjalani operasi tulang ekor dan punggung. Ibu tidak mau dioperasi. Tetapi kami pun tak tega melihat ibu tergeletak tak berdaya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun