Mohon tunggu...
Deni Saputra
Deni Saputra Mohon Tunggu... Guru - Seorang Guru dan Penggiat Literasi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Belajar menulis untuk memahami kehidupan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cernak: Sahabat dalam Kisahku

6 Oktober 2021   14:27 Diperbarui: 6 Oktober 2021   14:29 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Had, Bagus ke mana? Dia tidak masuk sekolah hari ini?" tanyaku kepada Rihad.

"Dia sakit. Kata ibunya hanya demam karena kemarin habis hujan-hujanan." Jawab Rihad sambil terus menggoes sepedanya.

Setelah sepuluh menit berlalu, akhirnya aku dan teman-teman sampai juga di Sekolah. Hari ini adalah hari Senin, sebelum memulai kegiatan belajar mengajar akan ada acara wajib untuk semua sekolah yaitu upacara bendera. Menyanyikan lagu 'Indonesia Raya' merupakan kebanggan sendiri untuk aku menjadi warga Indonesia, yang memiliki kekayaan alam dan kekayaan budaya.

***

Sepulangnya dari sekolah, aku dan teman-teman menjenguk Bagus. Agar tidak membuat khawatir Ibuku dan orang tua teman-teman, maka kami putuskan untuk pulang dulu ke rumah masing-masing. Setelah berpamitan, maka aku dan teman-teman berpawai memakai sepeda menuju rumah Bagus. Aku, Bagus, dan Rihad sudah berteman sejak TK. Ditambah lagi dengan dua teman perempuan bernama Nihal dan Windi.

Rumah kami semua berada dalam satu kompleks tetapi agar berjauhan. Rumah kami hanya dibedakan oleh nama gang saja. Tetapi yang lebih dekat dengan rumahku adalah rumahnya Rihad. Kami merupakan anak dari perwira polisi. Yang membedakannya adalah aku sudah tidak memiliki ayah sedangkan teman-temanku masih memiliki sosok seorang ayah yang menjadi perwira polisi.


Setelah kami berkumpul di depan rumah Bagus, kami memanggil-manggil nama Bagus.

"Bagus... Bagus..." teriak kami.

"Oh kalian? Masuk saja, Bagus ada di kamar." Ucap Ibu Bagus membukakan pintu.

"Bagus sakit apa tante?" tanyaku.

"Badannya masih panas. Dia tadi sudah tante bawa ke dokter. Mungkin untuk beberapa hari ini Bagus tidak masuk sekolah." Lanjut Ibu Bagus.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun