Mohon tunggu...
Deni Altamfanni
Deni Altamfanni Mohon Tunggu... Lainnya - paradoks

selalu berpikir sederhana, lebih sering galau biar kelihatan sang penulis

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Cinta Suci Bagian 3

7 Desember 2021   08:55 Diperbarui: 7 Desember 2021   09:04 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagian ke 3

Bunyi jam alarm nyaring  berhasil membangunkanku. Malam yang gelap penuh keluh kini telah hilang diganti dengan sang pajar, ayam --ayam berkoko membangunkan semua penghuni dunia bahwa pagi telah tiba, Ku buka jendela,sinar mentari menyambut dengan penuh kehangatan  kembang -- kembang bermekaran  Angin berhembus pelan Burung-burung berterbang menyambut pagi

aku segera berlari menuju kamar mandi untuk membersihkan diri dan bersiap memulai aktivitas hari ini.

Untuk menikmati pagi yang penuh dengan cahaya mentari akupun jalan-jalan pagi. Mengelilingi kampung.

Aku menyempatkan diri untuk mampir ke alun alun biasa waktu akhir pekan disini sangat ramai, namun berbeda dengan sekarang alun-alun terlihat sedikit legang mungkin karena semalam bekas hujan menjadikan orang --orang malas untuk keluar dipagi hari, di bangku panjang yang terbuat dari bambu aku duduk menikmti segarnya udara pagi. Kemudian, aku mengambil sebotol  minuman dan menegaknya, oh segar sekali habis capek meminum air dingin .

aku mengeluarkan earphone ku taruh didalam telingaku mendengarkan lagu pavoritku, kemudian beralih memandangi langit pagi yang cerah. Mentari yang sudah ku anggap sebagai temanku , seakan berbalik memandangiku. Sambil tetap menengadah ke atas, dengan mata tertutup  aku mulai menyandungkan sebuah lagu yang dari hp. sampai aku menyadari ada seseorang.tengah terdiam mellihatku diatas  motor miliknya dengan mesin dan lampu masih dihidupkan. Di kepalanya, sebuah helm yang terbuat dari kulit. Kami saling memandang selama beberapa saat tanpa bersuara, tapi akhirnya aku memberanikan diri untuk menyapanya terlebih dahulu.

"Se...selamat pagi," ujarku gugup. Duh, bagaimana ini? Apa yang harus kulakukan?

"Selamat pagi juga," balas izur, "kamu yang waktu itu, kan?"

Ah, dia ingat! Ralat, kenapa dia masih mengingatnya? Oh ya, tentu saja tidak banyak cewek yang segila aku setelah menghantamnya dari belakang terus tanpa bilang maaf aku langsung kabur, jadi tidak heran kalau ia masih mengingatku.

"Eh, ya," kataku membenarkan,

 "yang waktu itu...maaf, ya," tambahku. Kalau aku mengingat hal itu lagi, rasanya benar-benar memalukan!

"Tidak mengapa,"semalam caca sudah bilang, katanya kamu nelpon caca . jawab izur. Setelah itu, ia terdiam selama beberapa saat.

"Oh, ya, apa yang kaulakukan di sini?"
"Aku habis lari lari kecil ," aku menjawab sambil mnenundukan kepala
"Ah, kamu sering lari pagi iya ?
"kadang -- kadang saja."

"bolehkah aku duduk di situ menunjukan ke sebelah kursi yang sedang aku duduki, Ia lantas mematikan mesin motornya dan lalu menanggalkan helmnya.

Iya kadang kadang saja Sebagai balasan (dan untuk menyambung pembicaraan), aku lantas bertanya kepada izur, "Apa itu...gitar ?" Pertanyaan bodoh. Dilihat dari mana pun, tentu saja itu adalah sebuah gitar! "Eh...kamu suka main gitar," tambahku cepat-cepat.

' iya hanya iseng-iseng saja"

Kamu tahu gitar ini?" balas izur . Ia terlihat senang setelah kupuji seperti itu. "Aku memdapatinya hadiah dari lomba membuat puisi ," ujarnya sambil mengambil gitar yang tersandar di motornya. Dibawanya gitar itu ke hadapanku, kemudian ia melanjutkan berkata, "gitar ini ada tanda tangannya slank, karena waktu itu slank menajdi bintang tamunya
Aku terdiam menanggapi perkataan izur . Ia terlihat bersemangat ketika membicarakan tentang musik, ternyata aku dan izur ada kemiripan sama sama suka music dan. Ah, kuharap pembicaraan kami pagi ini yang berawal menyenangkan akan berujung manis.
izur  mengeluarkan  sesuatu dari tas yang berada dimotornya . Ia kemudian duduk di bangku yang sama denganku sambil menawarkan minumannya .
Jantungku berdetak dua kali lebih kencang di saat izur menghempaskan diri di bangku itu. Ya, aku sadar aku kini berada dalam situasi apa,  dalam keremangan pagi yang cerah, aku tengah duduk berdua bersama izur, cowok yang selama ini hanya bisa kupandangi dari jauh, berusaha mengetahui tentang dirinya, menjadi gugup ketika bersama dengannya.


Selama beberapa menit, kami hanya terduduk dalam diam. izur hanya menatapi motornya sambil memegangi minuman, sementara aku... hem, pada awalnya aku memang memilih untuk melihat ke arah lain, tapi tak lama kemudian, mataku sudah beralih memperhatikan wajahnya. Aku belum pernah dapat melihat wajah izur sampai sedekat ini, dan ketika aku melakukan hal itu, aku merasakan mukaku menjadi panas!

"Kamu tinggal di sekitar sini?" izur tiba-tiba bertanya sambil menoleh, membuatku terkaget. Dengan segera, aku mengalihkan pandanganku supaya tidak terlihat kalau aku memandanginya sedari tadi.
"iya, rumahku di blok padamukti," jawabku sembari menunjuk ke arah selatan.
oh, maaf aku belum begitu paham, karena aku baru pindah kesini
sembari memandang ke arahku.

Dipandangi seperti itu membuat dadaku kembali berdegup-degup. Tidak, aku tidak sanggup memandangi wajah tersenyum itu, aku terlalu malu untuk melakukannya, Karena itu, aku menundukkan kepalaku dalam-dalam, berusaha agar mataku tidak menatap mata Izur, Aku tidak lagi memiliki kata-kata untuk kuungkapkan, dan kurasa izur juga tidak, Jadilah kami duduk di bangku taman ini tanpa mengucapkan sepatah kata pun.

"Hayu kita jalan ? ajak izur"

"Hem, jalan kemana ?"

"Aku lapar, kita cari makanan, lalu nanti aku tunjukan tempat yang indah didaerah sini" jawab izur dengan penuh percaya diri
izur kemudian menyodorkan sebuah helm kepadaku yang berada di kaitkan di motornya seraya berkata, "Nih."

Dengan segera, aku mengambil helm dari tangan izur dan lalu memasangkannya di kepalaku. Apa ini berarti aku akan naik motor berdua dengan izur ? Wah, pasti menyenangkan! "ujarku sambil berusaha mengaitkan helm izur (omong-omong, apa dia selalu membawa dua helm, ya?). sekarang aku berkesempatan untuk naik motor, hanya berdua dengan cowok yang kusenangi!

Itulah sebabnya aku juga mengalami kesulitan saat mengaitkan helm izur; aku belum pernah mengenakan helm yang model seperti ini sebelumnya! Melihatku berkali-kali gagal untuk memasang hem dengan benar, izur lantas mengulurkan tangannya untuk membantuku mengaitkan helm. "Menggelikan," ujarnya berkomentar. Bagi izur, perbuatannya mengaitkan helm itu mungkin sederhana, tapi tidak demikian bagiku ini sulit karena jarang memakai helm, lagi pula di sini gak ada polisi kenapa harus pakai helm, Jarak mukanya yang hanya beberapa senti dari mukaku lebih dari cukup untuk membuat jantungku berdetak dua kali lebih cepat. Aku terpana sejenak melihat muka izur yang begitu dekat, dan baru tersadar kembali saat izur menepuk kepalaku setelah berhasil memasang helm dengan sempurna. Aku terpekik kecil ketika izur melakukan hal itu. "Ayo pergi!" kata izur seraya menaiki motornya.

Dengan perlahan, aku lantas menaiki boncengan motor izur. Aku memang harus sedikit berhai-hati, karena kalau tidak, kakiku akan menyenggol kotak gitar izur yang terpasang di motor dan berakibat menjatuhkannya.

 "Kita mau ke mana?" tanyaku.

"Ke suatu tempat yang asyik. Ayo!" jawab izur. Ia menghidupkan mesin motornya, dan tak lama kemudian, kami berdua sudah meluncur ke suatu tempat yang masih menjadi tanda tanya bagiku.

Bersambung ke bagian 4

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun