Mohon tunggu...
Deni Altamfanni
Deni Altamfanni Mohon Tunggu... Lainnya - paradoks

selalu berpikir sederhana, lebih sering galau biar kelihatan sang penulis

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Cinta Suci Bagian 3

7 Desember 2021   08:55 Diperbarui: 7 Desember 2021   09:04 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Tidak mengapa,"semalam caca sudah bilang, katanya kamu nelpon caca . jawab izur. Setelah itu, ia terdiam selama beberapa saat.

"Oh, ya, apa yang kaulakukan di sini?"
"Aku habis lari lari kecil ," aku menjawab sambil mnenundukan kepala
"Ah, kamu sering lari pagi iya ?
"kadang -- kadang saja."

"bolehkah aku duduk di situ menunjukan ke sebelah kursi yang sedang aku duduki, Ia lantas mematikan mesin motornya dan lalu menanggalkan helmnya.

Iya kadang kadang saja Sebagai balasan (dan untuk menyambung pembicaraan), aku lantas bertanya kepada izur, "Apa itu...gitar ?" Pertanyaan bodoh. Dilihat dari mana pun, tentu saja itu adalah sebuah gitar! "Eh...kamu suka main gitar," tambahku cepat-cepat.

' iya hanya iseng-iseng saja"

Kamu tahu gitar ini?" balas izur . Ia terlihat senang setelah kupuji seperti itu. "Aku memdapatinya hadiah dari lomba membuat puisi ," ujarnya sambil mengambil gitar yang tersandar di motornya. Dibawanya gitar itu ke hadapanku, kemudian ia melanjutkan berkata, "gitar ini ada tanda tangannya slank, karena waktu itu slank menajdi bintang tamunya
Aku terdiam menanggapi perkataan izur . Ia terlihat bersemangat ketika membicarakan tentang musik, ternyata aku dan izur ada kemiripan sama sama suka music dan. Ah, kuharap pembicaraan kami pagi ini yang berawal menyenangkan akan berujung manis.
izur  mengeluarkan  sesuatu dari tas yang berada dimotornya . Ia kemudian duduk di bangku yang sama denganku sambil menawarkan minumannya .
Jantungku berdetak dua kali lebih kencang di saat izur menghempaskan diri di bangku itu. Ya, aku sadar aku kini berada dalam situasi apa,  dalam keremangan pagi yang cerah, aku tengah duduk berdua bersama izur, cowok yang selama ini hanya bisa kupandangi dari jauh, berusaha mengetahui tentang dirinya, menjadi gugup ketika bersama dengannya.


Selama beberapa menit, kami hanya terduduk dalam diam. izur hanya menatapi motornya sambil memegangi minuman, sementara aku... hem, pada awalnya aku memang memilih untuk melihat ke arah lain, tapi tak lama kemudian, mataku sudah beralih memperhatikan wajahnya. Aku belum pernah dapat melihat wajah izur sampai sedekat ini, dan ketika aku melakukan hal itu, aku merasakan mukaku menjadi panas!

"Kamu tinggal di sekitar sini?" izur tiba-tiba bertanya sambil menoleh, membuatku terkaget. Dengan segera, aku mengalihkan pandanganku supaya tidak terlihat kalau aku memandanginya sedari tadi.
"iya, rumahku di blok padamukti," jawabku sembari menunjuk ke arah selatan.
oh, maaf aku belum begitu paham, karena aku baru pindah kesini
sembari memandang ke arahku.

Dipandangi seperti itu membuat dadaku kembali berdegup-degup. Tidak, aku tidak sanggup memandangi wajah tersenyum itu, aku terlalu malu untuk melakukannya, Karena itu, aku menundukkan kepalaku dalam-dalam, berusaha agar mataku tidak menatap mata Izur, Aku tidak lagi memiliki kata-kata untuk kuungkapkan, dan kurasa izur juga tidak, Jadilah kami duduk di bangku taman ini tanpa mengucapkan sepatah kata pun.

"Hayu kita jalan ? ajak izur"

"Hem, jalan kemana ?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun