Mohon tunggu...
Deni Altamfanni
Deni Altamfanni Mohon Tunggu... Lainnya - paradoks

selalu berpikir sederhana, lebih sering galau biar kelihatan sang penulis

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Cinta Suci Bagian 1

3 Desember 2021   08:26 Diperbarui: 3 Desember 2021   08:29 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Samar-samar, kudengar suara gaduh di lantai satu. Ayahku adalah petani kampung, beliau memiliki banyak sekali tanah sawah ataupun kebun, warga sekitar biasanya memanggil ayah dengan julukan juragan tanah, jadi dia pastilah tengah mempersiapkan berbagai hal peralatan tani bersama ibu karena ini adalah musin panen bawah merah. Namun, aku sudah terbiasa dengan kegaduhan itu, jadi aku tidak peduli

holy ... holy.... Teriak imas dari bawah rumah, dia adalah anak dari bibi adik ibuku, sepupu sekaligus sahabatku dari kecil, kami selalu bersama-sama dari kecil sampai sekarang, makanya dia sudah terbiasa masuk keluar rumahku terkadang dia suka berantem sama ayah,

"Hei, hei, hei," ayah menepuk pundak imas, pagi pagi sudah teriak- teriak , berisik tahu kata ayah sambil menghalangi pintu dengan tangannya
"Osh!" jawab Imas .

"Osh! holly dimana uwa ?"

"Dia ada di lantai atas," mau ajak kemana dia ? ayah  betanya dengan tangan nya masih membentang menghalangi pintu
"gak kemana mana uwa, hanya main saja di rumah " balas imas.

Mendengar imas berkata seperti itu, ayah lantas menurunkan tangan, membuat cewek berambut poni itu  dapat lewat. "Kalau begitu, ya sana," tambahnya. Ia lantas keluar rumah, sementara imas beringsut ke dalam.

" holly ,?teriak imas kembali berteriak"

ada di atas ," jawab ibu.

"osh...," gumam imas sambil meraih goreng pisang.

" awas jangan di makan semuanya ," kata ibu. Ia sudah membawa dua buah keranjang yang berisikan perlengkapan panen. Kemudian, sambil mengenakan sepatu bot, ibu melanjutkan, "nanti holly  marah.
"Baik," seru imas, yang sekaligus mengiringi kepergian ibu menuju ke kebun. Setelah itu, dengan setengah berlari, ia menaiki tangga dan bergegas menuju kamarku.

sejak aku terbangun setengah jam lalu, dan wajahku merengut saat melihat seorang lelaki itu pergi meninggalkan sawah depan rumahku. imas menerobos masuk ke kamarku saat aku masih memandang ke luar, dan ia dengan tergopoh-gopoh menghampiriku sambil bertanya mana orangnya ?.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun