Malam itu, hujan turun deras, menutupi suara-suara malam yang biasanya terdengar di pinggiran kota. Angin berhembus kencang, membuat pohon-pohon berderak seolah mengeluh diterpa badai. Di sebuah desa kecil di Jawa Barat, terdapat sebuah rumah kosong yang sudah bertahun-tahun tidak berpenghuni. Orang-orang sekitar menyebutnya Rumah Tua Wibisana. Konon, rumah itu menyimpan cerita kelam yang membuat siapa pun enggan mendekat setelah matahari terbenam.
Awal Kejadian
Rina, seorang mahasiswa jurusan seni rupa, baru saja mendapat tugas membuat lukisan bertema "arsitektur tua". Karena ingin hasil karyanya berbeda dari teman-temannya, ia nekat memilih rumah tua yang terkenal angker itu sebagai objek. Meski sudah diperingati warga, Rina tetap yakin kalau cerita horor hanyalah bualan.
Sore itu, ia datang ke rumah tersebut dengan membawa kamera dan buku sketsa. Dari luar, bangunan itu memang menyeramkan. Cat tembok sudah mengelupas, jendela-jendela pecah, dan pintu kayu lapuk tergantung setengah terbuka. Udara di sekitar rumah terasa dingin, meski hujan sudah mulai reda.
Rina melangkah masuk, sepatu ketsnya berdecit menginjak lantai kayu yang rapuh. Aroma lembap bercampur bau besi karat langsung menusuk hidung. Ia mengusap bulu kuduknya yang mendadak berdiri. "Hanya rumah kosong," batinnya.
Tanda-Tanda Aneh
Saat mulai memotret ruang tamu, ia mendengar suara lirih seperti orang berbisik. Suara itu datang dari arah tangga menuju lantai dua. Ia berhenti sejenak, menajamkan pendengaran, tapi tak ada apa-apa selain gemerisik angin. Ia mencoba mengabaikannya.
Namun, ketika sedang menggambar, tiba-tiba pintu di ruang sebelah berderit terbuka pelan. Rina menoleh. Tidak ada siapa-siapa. Hanya ruangan gelap yang kosong. Ia menelan ludah, lalu mendekat untuk memastikan. Tepat saat kakinya melewati ambang pintu, suara duk-duk-duk terdengar dari lantai atas, seperti ada yang berlari.
Rina tercekat. "Mungkin tikus," gumamnya, meski jantungnya berdegup keras.
Penampakan Pertama
Hari semakin gelap, dan Rina masih sibuk menyelesaikan sketsa. Lampu senter dari ponselnya menjadi satu-satunya penerangan. Saat ia menoleh ke arah jendela, sekelebat bayangan hitam melintas cepat. Ia berdiri, mendekati jendela yang sudah retak. Dari luar, tidak terlihat apa-apa. Namun ketika ia kembali duduk, bayangan itu kini berdiri di sudut ruangan---sosok wanita berambut panjang dengan wajah tertutup.