Rina terjerembab ke belakang, ponselnya hampir terlepas. Sosok itu tidak bergerak, hanya berdiri menatapnya dengan kepala sedikit miring. Saat ia ingin berlari, tiba-tiba sosok itu menghilang begitu saja, menyisakan dingin yang menusuk tulang.
Rahasia Rumah Tua
Keesokan harinya, Rina kembali ke desa itu untuk mencari tahu tentang sejarah rumah. Ia bertemu seorang nenek penjaga warung di dekat sana. Dengan suara bergetar, nenek itu bercerita.
"Rumah itu milik Pak Wibisana. Dulu dia tinggal bersama istrinya yang sedang hamil. Tapi suatu malam, rumah itu terbakar. Pak Wibisana selamat, tapi istrinya dan bayi dalam kandungan meninggal terjebak di lantai dua. Setelah itu, setiap malam ada suara tangisan perempuan hamil di sana. Orang bilang, arwahnya masih menunggu suaminya kembali."
Rina merinding mendengar cerita itu. Namun rasa penasarannya justru semakin besar. Ia memutuskan kembali malam itu juga untuk membuktikan sendiri.
Malam Penuh Teror
Malam kedua, Rina membawa kamera video untuk merekam. Tepat pukul 12 malam, ia masuk ke dalam rumah. Udara semakin dingin dari sebelumnya. Ia naik ke lantai dua, ruangan tempat istri Pak Wibisana dulu ditemukan.
Begitu masuk, kamera langsung merekam sesuatu: bercak hitam di dinding yang membentuk siluet perempuan. Rina merapatkan jaketnya, berusaha tetap tenang. Namun, saat hendak keluar, pintu kamar menutup dengan keras.
Lampu kamera tiba-tiba berkedip-kedip. Dalam sekejap, suara tangisan perempuan terdengar begitu dekat di telinganya. Tangisan lirih itu berubah menjadi jeritan melengking. Dari cermin retak di sudut ruangan, Rina melihat bayangan seorang wanita bergaun putih dengan perut buncit berlumuran darah. Matanya merah, mulutnya menganga lebar seperti hendak menelan siapa pun yang ada di hadapannya.
Rina menjerit, berusaha membuka pintu, namun pintu terkunci rapat. Sosok itu mendekat perlahan, kakinya menyeret, suara napasnya berat. Rina menendang pintu sekuat tenaga. Akhirnya pintu terbuka, ia langsung berlari turun tanpa menoleh ke belakang.
Akhir yang Mengerikan