Mohon tunggu...
Della fitria
Della fitria Mohon Tunggu... S1 Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam

Saya merupakan Mahasiswa S1 Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Malang.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Di Balik Dentuman Sound Horeg: Mengupas Rahasia Fisika di Balik Suara yang Menggetarkan

11 Oktober 2025   07:30 Diperbarui: 11 Oktober 2025   07:52 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

DAMPAK

Fenomena ini menarik untuk dikaji karena dapat menimbulkan berbagai dampak bagi manusia dan lingkungan. Suara dengan intensitas yang tinggi membawa energi getaran yang besar yang dapat mempengaruhi kesehatan telinga dan kenyamanan sekitar. Saat energi tersebut mengenai gendang telinga, sel-sel rambut halus di koklea bisa mengalami tekanan berlebih, sehingga paparan di atas 85 dB dalam waktu lama berisiko menyebabkan kerusakan pendengaran. Suara keras juga dapat memicu resonansi, yakni ketika frekuensi suara sama dengan frekuensi alami suatu benda sehingga benda ikut bergetar. Akibatnya, kaca jendela, dinding rumah, atau bahkan tubuh kita bisa merasakan getaran saat sound horeg dinyalakan. Selain itu, kebisingan berlebih dapat memicu stres, gangguan tidur, dan kelelahan mental, terutama pada anak-anak dan lansia yang lebih sensitif terhadap suara keras.

SARAN

Agar hiburan tetap dapat dinikmati tanpa menimbulkan gangguan, penggunaan sound system perlu dilakukan dengan bijak. Pengaturan yang tepat tidak hanya menjaga kenyamanan warga sekitar, tetapi juga membantu mencegah dampak negatif kebisingan terhadap kesehatan pendengaran. Beberapa langkah yang dapat dilakukan antara lain:

  1. Menyesuaikan volume suara dengan luas area dan jarak pemukiman warga agar gelombang bunyi tidak menimbulkan getaran berlebihan pada lingkungan sekitar.

  2. Mengatur arah speaker ke ruang terbuka dan menjauhi rumah penduduk untuk mengurangi pantulan dan intensitas suara di area pemukiman.

  3. Menggunakan peredam suara atau penahan akustik pada sisi belakang atau samping panggung guna menekan penyebaran bunyi berlebih.

  4. Mengatur waktu penggunaan pada jam yang wajar, seperti tidak melewati pukul 22.00, untuk menjaga ketenangan lingkungan.

  5. Meningkatkan kesadaran masyarakat bahwa kebisingan merupakan bentuk pencemaran suara yang berdampak pada kesehatan fisik dan mental, terutama bagi anak-anak dan lansia.

Dengan memahami prinsip dasar fisika bunyi serta menerapkan etika dalam penggunaan perangkat suara, kegiatan seperti hajatan, karnaval, atau pertunjukan musik dapat tetap berlangsung meriah tanpa mengganggu ketenangan lingkungan sekitar.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun