Mohon tunggu...
Hendra Mahyudhy
Hendra Mahyudhy Mohon Tunggu... Penulis - Deliriumsunyi

"Hilangnya ilmu pengetahuan adalah tanda-tanda kehancuran". Pekerja Text Komersil

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Nyanyian Gedoy dan Sesaknya Ruang Bernafas di Tengah Kepulan Negeri Asap

21 September 2019   19:10 Diperbarui: 25 September 2019   06:54 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pelan petikan nada-nada sejenis blues itu mulai bermain. Sementara aku menunggu lolongan vokal sang vokalisnya, kegelisahan tampak menyeruak dan pekat. 

Aku pribadi pun, adik kandung dan keponakanku sedang menghirup kabut udara yang tak sehat ulah korporat ini. Kata-kata kasar seharusnya dilayangkan, tapi tunggu, kita harus sabar, katanya dari gedung istana megah warisan kaum penjajah di Pulau Jawa sana.

"Segala musibah datangnya dari Allah SWT... Musibah bisa datang kapan saja, kepada siapa saja, dan di mana saja... termasuk musibah yang menimpa Pekanbaru, Riau, yang sedang terjadi juga datangnya pun dari Allah SWT," kata Kepala Staf Kepresidenan (KPS), Moeldoko di seberang sana.

Lagi-lagi Tuhan, lagi-lagi Tuhan yang secara tidak langsung seperti ingin disalahkan oleh hal yang notabenenya kita sebagai manusia sendiri yang melakukan. Ahh... Aku pada dasarnya semakin muak.

"Ini asap bukan azab," gumamku, mengutip judul berita yang ditulis salah seorang teman sesama wartawan.

Gedoy pun kini bernyanyi, lamunanku tersadar mulai mengikuti. Subjektivitasku tak mengharapkan Gedoy harus bernyanyi layaknya Jason Ranti yang liar, vulgar, dan brutal, berdakwah tentang kehidupan pelik lewat lagu-lagunya.

Gedoy adalah musisi biasa, yang aku kenal dari pekatnya jerebu Karhutla Riau yang tak sopan berkunjung ke rumah saudara mudanya bernama Kepri. Pun juga Batam beberapa hari ini ikut terimbas korporasi asap "milik Tuhan" seperti yang disampaikan KPS di kursi empuknya.

"Kami terkepung di dalam bencana. Derita.. Binasa.. Menyerah. Kabut menjelma menjadi maut... Memburu, menghujam di udara"

Gedoy mulai bersuara lagi. Tak perlu lantang ia ucapkan, meski kabut telah banyak membawa dampak buruk terhadap warga sekitar. 

Miris sebenarnya, saat kabut jerebu semakin tak sopan bermain hingga gang-gang kecil kehidupan masyarakat, sementara pemerintah melakukan kampanye #SawitBaik di media sosial untuk menjawab isu negatif dari sawit.

Atau Wiranto yang berkata "Kemarin waktu kita di Riau, tidak separah yang diberitakan. Jarak pandang masih bisa, pesawat masih mendarat, masyarakat banyak yang belum pakai masker. Kita pun tidak pakai masker," Rabu (18/9/2019) kemarin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun