Mohon tunggu...
Dela Tiara Putri
Dela Tiara Putri Mohon Tunggu... Mahasiswa

Hi, thank you for checking my profile. My name is Dela Tiara Putri, a science education student based in Ponorogo, Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Di rumah yang sama, aku kayak orang asing

9 Agustus 2025   19:30 Diperbarui: 9 Agustus 2025   19:30 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Aku nggak pernah minta dilahirkan jadi anak bontot.
Orang bilang, anak bungsu itu kesayangannya orang tua. Katanya selalu dimanja, selalu dibela, selalu dimaklumi.
Tapi nyatanya, aku nggak merasakan itu.

Sejak kecil, aku terbiasa jadi yang paling rajin di rumah. Aku yang sigap kalau Ibu minta bantuan. Aku yang buru-buru bangun kalau dengar Ibu batuk di kamar. Aku yang selalu siap menunda main, bahkan menunda mimpi, demi Ibu.

Buat aku, itu bukan beban. Itu caraku sayang.
Sayang yang nggak selalu diucapkan, tapi diwujudkan dalam gerakan tangan, langkah kaki, keringat yang nggak pernah Ibu minta, tapi selalu aku berikan.

Lalu... hari itu datang.
Hari ketika aku tahu, betapa tipisnya kepercayaan Ibu padaku.

"Nak... kamu yang ambil uang Ibu, ya?"

Kalimat itu seperti benang halus yang tiba-tiba memutus tali yang selama ini aku rawat.
Aku terdiam.
Rasanya seperti ditampar, tapi tamparannya nggak meninggalkan bekas di pipi---bekasnya ada di hati.

Aku mencoba menatap Ibu, berharap ada tanda bercanda, atau sedikit senyum yang bisa menyelamatkan suasana.
Tapi yang kulihat adalah serius.
Serius yang menusuk.
Serius yang membuatku merasa... aku ini hanya seseorang yang kebetulan tinggal di rumahnya.

Yang lebih menyakitkan, Ibu selalu memuji anak keduamu.
Katanya perhatian. Katanya sayang.
Padahal perhatiannya datang sesekali---sekadar bertanya kabar di waktu senggang.
Sementara aku? Aku di sini setiap hari, Bu. Tapi entah kenapa, kehadiranku seperti bayangan yang nggak pernah dianggap ada.

Dan hari itu aku belajar satu hal:
Kadang, yang selalu ada justru dianggap biasa.
Yang jarang muncul, malah dianggap istimewa.

Aku bukan marah karena dibandingkan, Bu.
Aku marah karena dibandingkan dengan cara yang nggak adil.
Aku sedih karena segala hal yang aku lakukan---yang aku pikir adalah bukti cinta---malah membuatku terlihat seperti babu, bukan anak.

Bu...
Apa Ibu tahu rasanya jadi aku?
Tiap hari melihat Ibu, tiap hari mendengar suara Ibu, tiap hari berusaha mengerti Ibu... tapi di matamu, aku cuma seonggok tenaga yang siap disuruh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun