Mohon tunggu...
Ikwan Setiawan
Ikwan Setiawan Mohon Tunggu... Dosen - Kelahiran Lamongan, 26 Juni 1978. Saat ini aktif melakukan penelitian dan pendampingan seni budaya selain mengajar di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Dosen dan Peneliti di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

(M)batin dalam Senyap

29 Februari 2020   14:56 Diperbarui: 29 Februari 2020   15:10 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sampai di rumah, Yuk Jum dan Yuk Tumina mendudukkan Karti di kursi dan memberinya air putih dari kendi. Karti tampak kaget dan sedih dengan semua tuduhan itu.

"Bagaimana, Yuk, kalau orang-orang percaya dengan omongannya?"

"Yuk, kalau Sampean merasa tidak melakukannya, ndak usah takut," kata Yuk Jum berusaha menenangkannya.

"Iya, lagi pula tidak semua orang percaya. Menurutku, Haji Rofik menyebut-nyebut nama Kang Kardi, karena dia merasa berdosa, Yuk. Sudah, Sampean tenang saja." Yuk Tumina membelai rambutnya. Setelah Karti lebih tenang, mereka berdua pamit pulang. Mereka berjanji setelah mandi dan menyiapkan makan di rumah akan kembali lagi menemaninya.  

Baru beberapa menit mereka beranjak, seorang lelaki muda dengan datang dengan mengendarai sepeda motor Binter. Karti seolah tidak percaya bahwa yang datang adalah Timur.

"Timur, anakku," Karti merangkulnya. Demikian pula Timur.


"Gimana kabar Sampean, Mbok?"

"Simbok baik-baik saja, Cong."

Beberapa saat kemudian, mereka saling melepaskan pelukan. Timur duduk sambil menyandarkan kepalanya di kursi. Karti duduk di sampingnya.

"Kamu kalau begitu seperti Bapakmu, Cong. Persis, ndak mbuang sama sekali. Bapakmu selalu menyandarkan kepala kalau merasa lelah."

"Lha, iya, Mbok, aku ini kan anaknya Bapak. O, iya, masak apa, Mbok? Aku kangen sayur asem. Ada?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun