Mohon tunggu...
Dian Kusumawardani
Dian Kusumawardani Mohon Tunggu... Freelancer - Haloo, saya adalah seorang ibu rumah tangga profesional. Bekerja paruh waktu sebagai pengajar Sosiologi dan Sejarah di BKB Nurul Fikri. Juga suka menulis dan sudah menghasilkan 6 buku antologi dan 1 buku solo. Saya juga seorang konselor laktasi dan blogger.

Home Educator Omah Rame, Pengajar di BKB Nurul Fikri, Konselor Laktasi, Content Creator

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Agar Bukber Tak Jadi Ajang Pamer Semata

14 Maret 2024   09:19 Diperbarui: 14 Maret 2024   09:22 512
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bukber bareng teman SMP | dokpri

Biasanya Ramadan akan diisi dengan agenda bukber (buka bersama) dengan teman lama. Mulai dari teman sekolah, kuliah, hingga kerja. Di awal puasa, sosial media juga sudah ramai membicarakan soal bukber ini. Banyak yang beranggapan bahwa bukber hanya jadi ajang pamer semata. 

Ngakunya ngajak bukber untuk silaturahmi, ujung-ujungnya cuma pamer pencapaian diri. 

Begitu kira-kira pendapat netizen. 

Hmm, benarkah demikian? 

Mungkin di awal usia 20 tahunan, saya sempat memiliki perasaan seperti ini. Awal-awal memutuskan menjadi ibu rumah tangga, saya merasa minder dan tidak percaya diri. 

Jangankan bukber, ajang reuni juga selalu saya hindari. Semua kegiatan yang berhubungan dengan teman-teman lama akan saya hindari. 

Sebab, selain rasa minder, tampaknya memang teman-teman juga punya hasrat pamer yang tinggi. Awal usia 20 an biasanya memang begitu, ya. 

Lalu, bagaimana dengan sekarang? 

Sepertinya saya sudah tak lagi minder dengan pilihan hidup yang saya ambil. Saya bangga dengan predikat ibu rumah tangga yang berkarya dari rumah. 

Bagaimana dengan teman-teman saya? Apakah mereka juga sudah grow up? Apakah masih ada yang suka pamer dan butuh validasi? 

Ada. 

Tapi sekarang saya menghadapinya dengan santai. Nggak perlu baper saat ada orang yang pamer ini itu. 

Selain dihadapi dengan senyuman, orang-orang yang suka pamer itu sebaiknya dihindari. 

Ya, semakin bertambahnya usia, saya makin selektif dalam memilih interaksi. Membatasi bahkan menghindari interaksi yang berpotensi menimbulkan drama. 

Drama kehidupan sudah banyak, tak perlu ditambah  lagi dengan hal-hal yang tak penting, seperti teman yang haus validasi itu. 

Semakin bertambahnya usia, biasanya circle pertemanan semakin mengecil. Namun, ikatannya pun semakin dalam. Biarlah teman sedikit, yang penting ikatannya dalam. 

Dengan circle yang semakin mengecil, undangan bukber semakin berkurang. Biasanya saya hanya menghadiri undangan bukber 2-5 kali saja. 

Biasanya bukber bersama teman SMP, SMA, ataupun rekan blogger. 

Bersama Teman-teman CAK KAJI (Cangkrukan Kompasianer Jawa Timur) | dokpri
Bersama Teman-teman CAK KAJI (Cangkrukan Kompasianer Jawa Timur) | dokpri

Bukber yang saya hadiri juga lebih intim. Nggak banyak orang. Jadi semua bisa saling ngobrol. 

Seperti kemarin, saya sudah bukber dengan teman-teman SMP. Nggak banyak orang. Hanya yang dekat dan masih sering interaksi saja, sih. 

Kami makan di restoran cepat saji masakan Jepang. Kami berkumpul mulai pukul 5 sore hingga 8 malam. 

Apa yang kami bicarakan? Apakah saling pamer pencapaian diri? 

Oh tentu tidak. Kami ngobrolin masa-masa putih biru yang masih lugu dan penuh kepolosan. Bagaimana dulu kenakalan kami di sekolah hingga crush saat SMP. Seru, nggak ada yang merasa terintimidasi ataupun minder dengan keadaan masing-masing saat ini. 

Kami juga ngobrol tentang aktivitas saat ini. Berhubung semua sudah jadi ibu-ibu, tentu saja yang dibahas soal anak-anak. Mulai dari anak yang picky eater, pendidikan anak, sampai kemungkinan saling menjodohkan anak. Hahaha. Sehangat itu pembicaraan kami. 

Tak lupa kami juga saling menyemangati. Ada yang berjuang menyelesaikan tesis S2 ditengah kesibukan sebagai abdi negara, ada yang harus berjuang daftar S3 dan mulai kembali bekerja setelah gap year jadi ibu rumah tangga selama 5 tahun. Dan bukber kemarin juga jadi ajang farewell. Salah satu diantara kami akan merantau ke IKN, mengikuti suami yang mendapatkan proyek kerja di sana. 

Bagi kami setiap orang memiliki pencapaiannya masing-masing. Sebagai teman sudah selayaknya saling mendukung. Bukan saling pamer ataupun insecure. 

Tentu saja tak semua punya teman-teman seperti ini. Teman yang saling mendukung ini rezeki. Bukber yang hangat seperti ini kadang tidak bisa dimiliki oleh semua orang. 

Masih banyak yang harus berjuang mendapatkan teman sejati. Masih ada yang harus berjuang menghadiri bukber yang penuh dengan orang-orang haus validasi. 

Lalu, bagaimana caranya agar bukber tak sekadar jadi ajang pamer semata? 

Bukberlah dengan yang dekat

Bukber bareng teman SMA | dokpri
Bukber bareng teman SMA | dokpri

Berbukalah dengan yang dekat, jangan dengan yang manis saja. Biasanya yang manis itu palsu. Hehehe. 

Ya, jangan semua undangan bukber didatangi. Datang saja ke bukber teman-teman dekat. Semakin sedikit, semakin intim. 

Tempat bukber yang asik

Nggak hanya butuh orang-orang yang asik, bukber juga butuh tempat yang asik. Pertimbangkan jarak yang mudah diakses oleh semua yang hadir. Sesuaikan juga tempatnya sesuai budget semuanya. Jangan terlalu price kecuali memang yang mau bukber para sultan, hahaha. 

Kids friendly

Pilih juga tempat bukber yang kids friendly. Kan kebanyakan sudah punya anak, kadang harus ngajak anak. 

Akses salat mudah

Saat bukber jangan tinggalkan salat maghrib. Pilih tempat bukber yang mudah akses salatnya. 

Obrolan yang hangat

Pilih topik obrolan yang hangat. Menceritakan kenangan masa lalu saat masih sekolah adalah salah satu topik obrolan yang hangat. Akan ada banyak tawa disana. Mengenang masa-masa keluguan saat sekolah. 

Hati yang lapang

Siapkan hati yang lapang. Kadang, orang nggak maksud pamer, tapi kitanya yang baper. 

Setiap bukber saya selalu melapangkan hati. Melihat teman-teman saya sama seperti dulu saat kami sama-sama di bangku sekolah. 

Tak silau dengan pencapaian mereka. Tak minder meski mereka menggunakan barang-barang branded. 

Hati yang lapang membuat kita melihat manusia seutuhnya. Melihat teman ya dari pribadinya. Bukan aksesoris ataupun hal-hal duniawi lainnya yang tampak dari luar. 

Bukber bisa menjadi ajang silaturahmi yang hangat dan penuh kenangan bersama orang-orang yang baik. 

Kalau bukber dengan teman lama hanya jadi ajang pamer, fix kamu salah circle. Jauh-jauh dari circle yang haus validasi dan penuh intimidasi seperti itu. 

Kebahagiaanmu tanggung jawabmu. Jangan membiarkan diri di lingkungan yang penuh intimidasi. 

Sepakat? 

#RamadanBercerita2024

#RamadanBercerita2024Hari4

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun