Mohon tunggu...
Arka Matahari Tyaga
Arka Matahari Tyaga Mohon Tunggu... Administrasi - Bahagia di dunia, mulia di akhirat

Baru saja terbangun dari tidur panjang, dan mulai lah kini aku akan bercerita....

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Corona's Angel: Bromance Cemen (Eps. 6)

4 Agustus 2021   12:48 Diperbarui: 4 Agustus 2021   13:10 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Ya ampun, seandainya dua cewek  itu ga nembak lo, bisa jadi lo ga bakal ngerasain yang namanya pacaran kali ya. Hahahaha," Makhluk itu kembali meledekku.

"Kayakmya sih gitu. Hahahaha," Kali ini aku pasrah atas ledekannya.

"Nah kalau sama yang ini gimana? Kalau sampe sama dia juga nembak lo duluan, fix lo bakal gue kasih mangkok ayam jago, bukan buat makan, tapi buat nimpuk kepala lo?! Asli, bisa-bisanya cewek-cewek itu pada khilaf nembak lo. Rendah banget seleranya...wkwkwkwkwkwk," Ini malaikat pedes amat dah mulutnya.

"Sial! Simpen aja tuh mangkok, karena sama yang ketiga ini justru gue yang nembak dia, meski endingnya tetep sama sih, dia mutusin gue. Hahaha," Bingung juga kenapa aku malah tertawa, padahal itu hal menyedihkan ya. Hiks.

"Namanya Marsha, gue ketemu dia waktu sama-sama ikut group open trip ke Dieng. Abis liburan, kami intens chat WA, beberapa bulan kemudian jadian deh. Tapi khusus yang ini, gue ga bisa cerita banyak, wong lagi niat mau move on, secara belum lama juga putusnya," Aku ga selera buat bahas soal Marsha, masih rada terasa sih sakitnya patah hati karena dia.

"Oke good. Lo emang kudu cepet move on, inget usia bakal terus bertambah. Siapa tau ya kan, sebentar lagi ada cewek khilaf tiba-tiba nembak lo, tenang aja, hadiah mangkok akan tetap menunggu... Hihihi," Ledeknya lagi.

"Yah mau nya sih gitu, tapi ya seperti yang udah gue bilang, sejak ada Corona ini sih fokus utama gue itu kesehatan sama materi. Secara ga ada yang bisa pastiin kapan pandemi bakal berakhir," Aku menghela nafas.

"Semangat bro, tetep kudu optimis apapun keadaannya. Selama hayat dikandung badan, maka kesempatan akan selalu ada. Ya udah nih gue balikin kaleng biskuit isi foto lo ini, semoga isinya ga bakal bertambah ya. Tetep lo aneh banget sih nyimpen beginian, niat move on kaga sih. Hahahaha". Aku mengambil kaleng darinya dan menyimpannya ke dalam lemari.

"Gue udah mau move on ya, tapi lo kan yang pake acara buka isi kaleng itu trus nanya macem-macem. Huh!," Aku kembali kesal.

"Oke ganti topik deh, soal kerjaan lo gimana? Apa sih yang lo khawatirin?" Tanyanya.

"Ya seperti yang udah pernah gue bilang, akhir tahun kemarin gue mutusin resign dari tempat kerja lama yang udah kasih gue status karyawan lalu gabung ke perusahaan yang sekarang dengan gaji yang lebih bagus namun berstatus karyawan kontrak. Itu pula salah satu pemicu kandasnya hubungan gue dengan Marsha. Sayangnya Corona melanda disaat gue baru beberapa bulan gabung. Imbasnya sangat terasa bagi banyak perusahaan. PHK massal dan tempat usaha yang kolaps sering terjadi belakangan ini. Praktis gue jadi khawatir soal kelanjutan kontrak gue di tempat kerja yang sekarang," Jawabku panjang lebar.

"Bro, sepertinya lo harus mulai ngurangin semua kekhawatiran lo itu. Bukannya apa-apa, semakin lo ngerasa khawatir, bakal ngebuat lo semakin takut buat melangkah ke depan. Ayolah, gue yakin lo bisa lewatin semua rintangan. Kalau lo masih ngerasa ragu, lo bisa liat lagi foto-foto lama lo itu. Disana banyak momen membahagiakan yang udah lo rasakan. Bukan hal yang mustahil bikin hidup lo kembali bahagia dan seru seperti dulu. Tinggal butuh sedikit keberanian dan tekad yang bulat aja. Toh kita kan ga pernah tau apa yang bakal terjadi besok, tapi kita bisa ngusahain bikin hidup seperti apa yang ingin kita jalanin jadi kenyataan," Dia terlihat tulus menyemangatiku.

"Thanks bro, gue akan coba sedikit demi sedikit buat menata kembali hidup gue. Btw, denger lo ngomong barusan, akhirnya gue percaya kalau lo malaikat. Bijak banget. Ga kayak yang tadi-tadi, nyinyir banget kayak setan. Wkwkwkwkwkwkwk" Akhirnya aku punya kesempatan ngeledek dia balik. Yaayy.

"Sial! Tapi lo kayaknya tipikal orang yang penurut ya. Gue ngomong bra bro, lo ngikutin. Gue ngomong "Lo Gue, lo ngikutin. Gue ngomong "Aku Kamu", lo ngikutin juga. Hahahahaha" Dia selalu berhasil membalasku. Hiks

"Untung ya sekarang gue lagi sering di rumah aja, jadi bisa ngobrol begini sama makhluk ghaib kayak lo, coba kalau di luar rumah, pasti gue dikira orang gila karena dilihatnya lagi ngomong sendiri, secara mereka kan ga bisa liat lo" Aku berujar.

"Wah kalau mereka bisa liat gue mah bisa gawat, secara gue keren begini, 11 12 lah sama Park Seo Joon," Dia menyibakkan poni rambutnya.

"Najis, ada gitu ya malaikat narsis kayak lo. Kaga ada mirip-miripnya lo sama Park Seo Joon, lo mah mirip nya sama Parkinson, alias tremor tuh tangan lo...wkwkwkwkwkwk" Yess, bisa gantian ngeledek dia. Hahaha.

Aku mulai senang atas kehadiran Pandu, minimal rumah ini ga sepi lagi. Meski kadang sifatnya menyebalkan, tapi minimal aku ada teman untuk berbicara. Satu lagi yang utama, aku ga perlu spare tambahan budget untuk konsumsi, secara dia kan ga perlu makan dan minum, maklum lagi kondisi yang harus berhemat dulu ya kan. Hihihi.

Bersambung......

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun