Mohon tunggu...
Dedy Padang
Dedy Padang Mohon Tunggu... Petani - Orang Biasa

Sedang berjuang menjadikan kegiatan menulis sebagai sarana yang sangat baik untuk menenangkan diri dan tidak tertutup kemungkinan orang lain pula.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Teologi Absensia: Tawaran Berteologi dalam Konteks Postmodernisme

18 Juli 2020   23:41 Diperbarui: 18 Juli 2020   23:43 290
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

            Kedua adalah bahwa pada akhirnya semakin disadarilah logika ketidakhadiran dalam bahasa manusia yang fiktif dan realitas manusia yang fiktisius. Apa yang disebut dengan logka ketidakhadiran ini adalah logika yang tidak logis, logika yang tidak bertumpu dan berputar pada logos, logika yang memberi tempat pada adabtasi-dialogis yang tak pernah letih mengalir. Inilah logika yang mengarahkan ekspresinya bukan pada re-presentasi melainkan re-absensi. Inilah logika yang mendengarkan, atau meminjam istilah Heidegger, logika meditatif.

 

Rangkuman dan Penutup

 

            Manusia, dengan segala kemampuan dan kelemahannya, hendak bergaul dengan realitas karena hanya dengan itulah manusia bisa memahami diri dan dunianya. Relasi itu diperantarai melalui bahasa. Maka persoalan bagaimana manusia berelasi dengan realitas melalui bahasa menjadi penting agar kita mengetahui sampai di titik mana kita berada, dan dari mana kita berangkat dan oleh karena itu ke mana kita akan pergi juga semakin orientatif. Artinya kita semakin memiliki arah dalam hidup di dunia ini.

 


            Postmodernisme adalah sebuah keriuhan yang mencoba membongkar wilaya berbahasa tersebut. Pembongkaran yang dilakukan telah menggiring manusia pada wilayah kesadaran akan hakikat bahasa dan realitas itu sendiri. Saat ini semakin disadari aspek fiktif dari bahasa manusia dan begitu fiktisiusnya realitas manusia. Kedua kesadaran itu memberi kesadaran betapa kaya, luas dan tak terbatasnya pengalaman hidup manusia. Itulah keadaan pengalaman manusia. Mengamininya berarti tidak sekedar menerimanya begitu saja namun juga memberi tempat yang selayaknya yang bagi modernisme tidak mungkin. Postmodernisme hendak merangkul semua itu, karena pengalaman hidup manusia, meski begitu elusive dan mengalir tanpa henti, merupakan sumber inspirasi yang takkan pernah habis digali. Kesadaran yang demikian ditemani dengan kesadaran untuk meletakkan segala usaha manusia saat berelasi dengan realitas yang fiktisisu dengan bahasa manusia yang adalah fiksi, sarana artifisial untuk mengartikulasikan yang fiktisius itu.

 

            Kaum modernisme tidak mau mencicipi kesadaran seperti itu. Mereka yakin bahwa relasi antara bahasa dan realitas adalah relasi cermin: perpantulan yang asli dan pasti, bahwa bahasa bukan hanya dapat menangkap realitas namun juga menghadirkan kembali dengan begitu asli dan pasti. Semuanya itu dimungkinkan karena rasionalitas adalah satu-satunya kriteria bagi manusia. modernisme, dengan rasionalitasnya, telah membawa manusia pada relasi presensi/kehadiran. Ini adalah sejenis relasi yang dominatif, di mana yang satu dianggap sebagai subjek dan yang lain sebagai objek. Namun di penghujung hidupnya, modernisme justru menuntun manusia pada batas-batas rasionalitasnya.

 

            Postmodernisme memilih relasi absensia. Dalam pola relasi ini, manusia tidak dituntun untuk mengrasionalisasikan pengalaman hidupnya namun diajak untuk berelasi secara mesra dengannya, bukan dengan memikirkannya tetapi lebih mengalaminya sebagai suatu bagian dari hidup. Di sinilah filsafat bisa berjumpa dengan teologi. Sebagai sebuah wacana mengenai manusia dalam pengalamannya berelasi dengan realitas transenden, teologi membahasakan pengalaman relasi tersebut. ini adalah sebuah tawaran berelasi yang baru dari teologi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun