Mohon tunggu...
dedi efendi
dedi efendi Mohon Tunggu... Pengawas Madrasah

Pendidik, peneliti, dan motivator berdedikasi mencetak generasi unggul lewat inovasi pendidikan berbasis nilai. Sebagai Pengawas Madrasah, aktif dalam penelitian, pengembangan kurikulum, dan publikasi ilmiah. Berkomitmen mendorong transformasi pendidikan berbasis teknologi-kearifan lokal serta peningkatan profesionalisme guru untuk kemajuan bangsa.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Masjid Jogokariyan: Model Masjid yang Hidup, Ramah dan Memberdayakan Umat

5 Februari 2025   06:03 Diperbarui: 5 Februari 2025   08:29 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Masjid bukan sekadar tempat ibadah, tetapi juga pusat kehidupan umat yang dinamis. Konsep ini terasa begitu kuat saat saya berkesempatan mengunjungi Masjid Jogokariyan di Yogyakarta. Masjid ini bukan hanya terkenal karena arsitekturnya, tetapi lebih karena manajemennya yang luar biasa dalam menghidupkan fungsi masjid secara optimal.
Sejak didirikan pada tahun 1966, Masjid Jogokariyan mengalami transformasi besar sejak awal 2000-an. Kini, ia menjadi contoh bagaimana masjid dapat menjadi pusat pemberdayaan umat dengan sistem manajemen yang transparan, program sosial yang berdampak luas, dan pelayanan jamaah yang luar biasa.

Kesederhanaan yang Menjadi Kekuatan

Masjid Jogokariyan terletak di pinggir Jalan Jogokariyan, sebuah jalan yang tidak terlalu besar di Kota Yogyakarta. Dari luar, bangunan fisiknya tampak sederhana, tidak megah seperti masjid-masjid besar lainnya. Namun, justru dalam kesederhanaan inilah kekuatan masjid ini terlihat.
Masjid ini terdiri dari bangunan inti dan tambahan tiga lantai yang berfungsi untuk berbagai aktivitas keislaman. Yang menarik, tersedia lift khusus bagi jamaah lansia yang ingin shalat di lantai atas. Fasilitas ini menunjukkan perhatian pengurus terhadap semua lapisan jamaah, termasuk mereka yang memiliki keterbatasan fisik.
Di samping masjid, terdapat dua ATM bank yang memudahkan jamaah dalam bertransaksi. Tak jauh dari masjid, ada Omah Da'wah Pro-U Media, sebuah penerbitan buku-buku agama yang banyak menampilkan karya Ustadz Salim A. Fillah. Selain itu, Pro-U Media juga memproduksi busana muslim yang turut berkontribusi dalam dakwah melalui ekonomi kreatif.

Shalat Subuh yang Penuh oleh Kaum Muda

Salah satu hal yang sangat mengesankan adalah shalat Subuh berjamaah yang begitu ramai, meskipun ini adalah hari kerja. Pada Rabu pagi, saya melihat masjid dipenuhi jamaah, mayoritas adalah anak-anak muda. Ini bukan fenomena biasa, karena di banyak tempat shalat Subuh sering kali hanya diikuti oleh segelintir orang tua.
Kondisi ini menunjukkan bahwa Masjid Jogokariyan telah berhasil menarik perhatian generasi muda untuk kembali ke masjid. Mereka tidak hanya datang untuk shalat, tetapi juga terlibat aktif dalam berbagai kegiatan keislaman yang diadakan di masjid ini.

Ramainya Pedagang Sarapan Pagi di Sekitar Masjid

Setelah shalat Subuh yang penuh dengan jamaah, saya melihat suasana yang begitu ramai di luar masjid. Puluhan pedagang makanan berjejer di sekitar area masjid, menawarkan berbagai macam menu sarapan pagi.
Dari bubur ayam, nasi pecel, hingga aneka jajanan khas Yogyakarta, semua tersedia. Para jamaah yang baru selesai shalat bisa langsung menikmati sarapan pagi yang lezat sambil bercengkerama dengan teman atau keluarga. Suasana ini mengingatkan saya pada tradisi pasar pagi yang selalu hidup di sekitar masjid pada masa kejayaan Islam dahulu.
Fenomena ini tidak hanya menunjukkan bahwa masjid ini menjadi pusat ibadah, tetapi juga pusat ekonomi yang menggerakkan roda perekonomian masyarakat sekitar.

Masjid yang Hidup 24 Jam

Kehidupan di Masjid Jogokariyan tidak berhenti hanya pada waktu-waktu shalat wajib. Ketika saya berjalan melewati masjid sekitar pukul 10 malam, saya melihat banyak anak muda masih berada di dalam masjid. Beberapa sedang berdiskusi, membaca Al-Qur'an, atau hanya duduk menikmati suasana yang nyaman.
Fenomena ini mengingatkan saya pada gambaran masjid pada zaman Rasulullah, yang tidak hanya menjadi tempat shalat tetapi juga pusat belajar, tempat berdiskusi, dan ruang bagi umat untuk berkembang.

Ramah Musafir, Tempat Singgah yang Nyaman

Keistimewaan lain dari Masjid Jogokariyan adalah keramahannya terhadap musafir. Pengurus masjid sangat terbuka menerima tamu dari berbagai daerah yang datang untuk beristirahat, menunaikan ibadah, atau sekadar belajar dari sistem manajemen masjid ini.
Di banyak masjid, musafir sering kali dianggap sebagai "orang asing" yang kurang mendapatkan perhatian. Namun, di sini musafir benar-benar disambut dengan baik. Fasilitas yang disediakan pun cukup nyaman, sehingga banyak pelancong yang menjadikan Masjid Jogokariyan sebagai tempat persinggahan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun