Mohon tunggu...
Deddy Husein Suryanto
Deddy Husein Suryanto Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Penyuka Sepak Bola. Segala tulisan selalu tak luput dari kesalahan. Jika mencari tempe, silakan kunjungi: https://deddyhuseins15.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Apakah Sergio Aguero Juga Overthinking?

1 April 2021   17:52 Diperbarui: 2 April 2021   02:35 581
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sergio Aguero. Sumber: AFP/Getty Images/Laurence Griffiths/via Kompas.com

Seperti, memperlakukan orang itu menjadi seolah tidak ada. Atau, tidak lagi bersikap seperti sebelumnya (baik) terhadap orang tersebut.

Hal ini mungkin terasa sedikit wajar, jika orang yang akan pergi kurang berdampak positif terhadap tempat tersebut. Tetapi, bagaimana jika justru berdampak positif dan malah banyak?

Rasanya itu sangat tidak manusiawi. Ibaratnya, orang yang akan meninggal, tapi malah dibiarkan meregang nyawa lebih cepat. Padahal, kematian itu punya waktu tersendiri, bukan dipaksakan.

Itu juga berlaku terhadap orang yang akan pergi dari suatu tempat. Sekalipun dia akan pergi, pasti dia masih punya pikiran dan waktu terhadap tempat tersebut. Sederhananya, orang itu pasti masih peduli dengan tempat itu walau takarannya tidak sebanyak sebelumnya.

Itu yang membuat rasanya konyol, jika orang yang akan pergi malah seperti segera didorong untuk pergi. Betapa cepatnya orang membenci ketika merasa tersakiti. Padahal, belum tentu rasa sakitnya setara dengan rasa sakitnya orang yang dibenci.

Ini yang kemudian malah membuat muncul permasalahan baru bagi orang yang akan pergi, yaitu overthinking. Kalau dibahasa-indonesiakan, berpikir berlebihan.

Ilustrasi orang overthinking. Sumber: Pexels/Andrea Piacquadio
Ilustrasi orang overthinking. Sumber: Pexels/Andrea Piacquadio
Orang yang mulai diperlakukan tidak baik, berbeda dari sebelumnya, pasti akan merasakannya. Pasti juga orang itu memikirkannya. "Mengapa mereka jadi begini kepadaku?"

Orang itu pasti akan menjadi tidak nyaman. Ibarat orang pacaran yang memang mulai merenggang dan ingin putus, malah akhirnya memutuskan hubungan itu menjadi tidak baik. Padahal, niatnya ingin putus secara baik-baik, alias akan menjadi teman, bukan musuh.

Memangnya ada yang begitu?

Mungkin ada, walau tidak sebanyak orang-orang yang putus dengan "perang dunia ke sekian". Memang, "bergencatan senjata" dalam hubungan pascaharmonis yang kemudian menjadi disharmoni itu sulit.

Tetapi, bukan berarti tidak ada. Sebenarnya, awal perkaranya di perlakuan tadi. Orang ketika sudah merasa tidak cocok akan saling menyudutkan. Padahal, seharusnya mereka saling mengingat bahwa sebelumnya mereka saling berangkulan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun