Mohon tunggu...
Deddy Husein Suryanto
Deddy Husein Suryanto Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Penyuka Sepak Bola. Segala tulisan selalu tak luput dari kesalahan. Jika mencari tempe, silakan kunjungi: https://deddyhuseins15.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Anak Super Bandel pun akan Mengingat Pesan Ibunya

30 November 2020   05:52 Diperbarui: 28 April 2021   17:14 2453
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kasih sayang ibu ke anaknya. Gambar: Pexels/Rose Dudley

Di sisi lainnya lagi, saya juga sudah susah diatur. Karena, saya mudah bosan dengan menu yang sama, juga cenderung ingin mencicipi makanan yang orang lain bisa makan.

Berhubung tidak ada yang bisa mengontrol saya, maka "kecelakaan" pun sering terjadi. Bahkan, sampai sekolah dasar (SD), saya masih sering sakit dan pasti menghabiskan 'kuota' izin sakit 3 hari.

Ilustrasi anak sakit. Gambar: Shutterstock via Tribunnews.com
Ilustrasi anak sakit. Gambar: Shutterstock via Tribunnews.com
Rekor sakit paling singkat saya adalah seminggu. Dan, sebagian besar karena kelalaian dalam makan dan tentunya akibat sering memforsir tenaga berlebih untuk bermain di luar kampung.

Ketika sudah SD, saya kembali mendapatkan asuhan dari ibu. Hal lain yang saya dapatkan di sini adalah tentang pendidikan.

Ilustrasi ibu menemani anak belajar di rumah. Gambar: Pexels/Julia M Cameron
Ilustrasi ibu menemani anak belajar di rumah. Gambar: Pexels/Julia M Cameron
Ibu saya tidak hanya peduli dengan kesehatan saya, tapi juga tentang kemampuan saya di sekolah. Memang, urusan membaca saya sudah jago. Karena, sudah berlatih membaca sejak sebelum sekolah, dan salah satu andil besarnya adalah komik-komik yang saya baca waktu itu.

Alhasil, saya bisa disebut sebagai alumni 'membaca komik', daripada alumni 'Ini Budi'. Namun, saat pertumbuhan saya sedikit out of the box, maka ada pula hal lain yang sedikit kurang diperhatikan, yaitu kemampuan berhitung.

Untuk level penjumlahan dan pengurangan, saya memang sudah lancar. Tetapi, bagaimana dengan perkalian dan pembagian?

Saya ternyata sangat keteteran di situ. Ibu saya akhirnya membeli buku tentang berlatih matematika. Bagi generasi SD 2000-an, pasti tahu bukunya seperti apa--kertasnya saat itu berbahan kertas karton berwarna.

Lewat media itu saya selalu diberi target. Saya harus hafal 1-2 kotak sehari. Maksudnya, saya harus hafal perkalian 1x1, 2x1, s/d 10x1 yang dihitung ke dalam satu kotak. Jika ternyata mudah/cepat hafal, maka segera dilanjut ke kotak kedua yang berisi 1x2, 2x2, s/d 10x2.

Praktik itu terus dilakukan sampai yang tersulit. Termasuk pembagian. Ini juga bisa dikatakan penuh trik, karena bisa disebut mudah--tinggal membalikkan logika perkalian, juga bisa disebut sulit kalau tidak tahu triknya.

Selama proses itu, saya sangat tertekan. Beruntung, saya tidak mendapatkan hukuman berat. Hanya tentang mentalitas saja yang terganggu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun