Nyatanya, Liverpool memilih untuk mengambil Liga Champions. Meski saya tidak tahu apa alasannya, namun menurut saya pilihan itu adalah tepat.
Karena ketika Liverpool bisa menaklukkan Eropa, maka secara mentalitas mereka sudah sangat setara dengan Barcelona, Real Madrid, Bayern Munchen, apalagi Manchester City. Hanya, kita juga perlu mengingat tentang adanya keberuntungan di dalam setiap proses.
Sama halnya jika Liverpool mengambil hadiah sepeda motor, lalu ternyata justru membuatnya harus mengalami kecelakaan dan sebagainya. Atau juga ketika dia memilih jaminan berkuliah sampai lulus, namun ternyata membuatnya menjadi pemuda manja.
Kemungkinan-kemungkinan itu pasti ada. Ada yang beruntung, pasti ada juga yang ketiban sial. Hal ini juga berlaku di sepak bola.
Musim lalu, boleh kita menganggap Liverpool sial di Premier League. Namun di musim ini, mereka sudah menuai hasilnya. Karena, ternyata mereka menggunakan apa yang sudah mereka raih untuk meraih apa yang belum mereka raih.
Memiliki jaminan berkuliah sampai lulus saya ibaratkan sebagai proses sebuah klub Eropa menjadi calon petarung gelar di pentas Eropa dengan cara memupuk diri. Sama halnya dengan fresh graduated yang harus bertarung di lapangan pekerjaan setelah berhasil membangun intelektualitasnya.
Itulah yang membuat klub-klub hebat di kompetisi domestiknya akan diharapkan dapat menjadi perebut gelar juara. Ada yang berhasil, ada yang belum berhasil.
Manchester City memang klub hebat di Premier League dalam sedekade terakhir. Namun nyatanya ketika berbicara tentang Liga Champions mereka masih dinomorsekiankan.
Uniknya, situasi ini berbanding terbalik dengan Liverpool yang malah sudah dua kali secara beruntun bertarung di final Liga Champions. Tentu, mereka juga sudah berupaya untuk membangun diri di Premier League, namun rupanya mereka lebih ingin mengasah kepercayaan dirinya (mentalitas) dibandingkan rentetan gelar domestiknya (intelektualitas).
Memang intelektualitas tinggi akan membangun kepercayaan diri. Namun, ketika kepercayaan diri lebih tinggi dibandingkan intelektualitasnya, maka ada peluang bagi si pemilik kepercayaan diri untuk merengkuh kesuksesan dengan cara memperluas jaringan sosial.