Mohon tunggu...
Deddy Husein Suryanto
Deddy Husein Suryanto Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Penyuka Sepak Bola. Segala tulisan selalu tak luput dari kesalahan. Jika mencari tempe, silakan kunjungi: https://deddyhuseins15.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Pro dan Kontra Mundurnya Ratu Tisha dari PSSI

14 April 2020   13:15 Diperbarui: 15 April 2020   10:33 714
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Saat masih menjabat sebagai sekjen PSSI, Ratu Tisha dan Dubes Vietnam untuk Indonesia, Pham Vinh Quang. | Sumber gambar: PSSI.org via Kompas.com

Hal ini yang diharapkan oleh masyarakat penikmat bola yang kontra terhadap keputusan mundurnya Tisha. Karena, siapa lagi yang dapat diandalkan untuk memahami kode etik persepakbolaan internasional dan pengaplikasiannya terhadap kondisi sepak bola Indonesia yang masih sulit untuk diajak be-revolusi.

Pernyataan ini tentu terlihat kontradiksi dengan sebelumnya yang menyatakan bahwa sepak bola Indonesia tidak bisa diajak bersabar. Namun, bersabar di sini harus diikuti dengan pelaksanaan prosedur yang jelas, efisien, dan transparan.

Jangan sampai kita berproses namun tidak mengungkapnya dan kemudian menimbulkan adanya dugaan praktik tidak benar didalamnya. Kita tentu harus transparan jika hal itu berkaitan dengan kebutuhan bersama.

Ratu Tisha bersama Indra Sjafri. Sumber gambar: Bolasport.com/M.Robbani via Kompas.com
Ratu Tisha bersama Indra Sjafri. Sumber gambar: Bolasport.com/M.Robbani via Kompas.com
Di sinilah sosok seperti Ratu Tisha dibutuhkan. Sosok yang vokal namun sesuai tanggung jawab dan permintaan masyarakat. Jika memang kemudian dianggap terlalu vokal, kita harus mengingat kembali bagaimana latar belakangnya.

Apakah orang yang paham aturan main di sepak bola tidak boleh berbicara? Apakah yang harus berbicara hanyalah orang-orang yang kemarin sore menonton sepak bola lalu bisa mengatakannya hanya berdasarkan first impression?

Tentu hal ini tidak fair. Jika pihak PSSI yang diharapkan vokal harus membahas hal-hal yang krusial dan mendetil.

Memang, awalnya sosok Ratu Tisha dianggap sebelah mata karena jenis kelamin. Namun jika melihat rekam jejaknya, justru dialah yang paling berkompeten di antara semua orang yang ada di federasi saat ini. Tanpa mengurangi rasa hormat kepada mereka tentunya.

Memang, pengalaman dan usia sangat berkaitan serta berpengaruh terhadap kinerja. Namun, jika tidak ditolong dengan pembaharuan terkait pengetahuan dan situasi terkini, maka itu bisa disebut ketinggalan zaman. Apakah kita mau terus-menerus bernostalgia dengan masa lalu?

Apakah kita harus meratapi kegagalan timnas Indonesia menjuarai Piala AFF?

Apakah kita malah masih berbangga dengan pernahnya kita masuk ke Piala Dunia karena "bantuan" Belanda?

Mengapa kita tidak mencoba melakukannya di era yang baru dan bersama orang-orang baru yang melek terhadap sepak bola masa kini?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun