Saya pun setuju jika Marquez tetap bertahan di Honda. Karena, terbukti pembalap legenda seperti Valentino Rossi saja masih lebih lekat di benak publik sebagai pembalap Yamaha dibandingkan sebagai pembalap Honda, alih-alih Ducati.
Begitu juga dengan Jorge Lorenzo. Seandainya dia tidak pergi dari Yamaha ataupun Ducati, bisa saja dia masih menjadi pembalap MotoGP sampai gelaran balap motor paling bergengsi tersebut mampir ke Sirkuit Mandalika, Indonesia pada 2021.
Namun, itu semua adalah pilihan, termasuk Marquez yang berhak memilih antara tetap di Repsol Honda ataupun pindah ke motor lain. Justru, (menurut saya) bertahan dengan kualitasnya yang sedemikian rupa adalah suatu tantangan yang sangat besar. Seperti yang sudah saya singgung di atas, bahwa bertahan di tempat yang memang sangat membutuhkannya adalah tantangan besar.
Bukan soal zona nyaman, namun soal godaan untuk tetap membentuk diri sebagai pribadi yang low profile. Karena, dengan rentang waktu "mengabdi" yang sangat lama, bisa saja sosok-sosok seperti Marquez dan Messi yang awalnya terlihat sama seperti pembalap dan pesepakbola pada umumnya, justru menjadi "raja" bagi "kerajaannya" masing-masing, dan itu adalah tantangan berat bagi mereka secara personal.
Jadi, masihkah kita menganggap bertahan adalah representasi dari zona nyaman?
Malang, 10 Desember 2019
Deddy Husein S.
Berita terkait:Â Goal.com, Bola.net, Gilabola.com, Bolasport.com, Tempo.co, Bola.com, Cnnindonesia.com, Panditfootball.com.