Mohon tunggu...
Deddy Husein Suryanto
Deddy Husein Suryanto Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Penyuka Sepak Bola. Segala tulisan selalu tak luput dari kesalahan. Jika mencari tempe, silakan kunjungi: https://deddyhuseins15.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan featured

Untuk Messi dan Marquez, Loyalitas adalah Zona Nyaman

10 Desember 2019   15:50 Diperbarui: 27 Agustus 2020   10:46 1353
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Messi sudah menjadi kapten sejak Andres Iniesta tak lagi menjadi pilihan utama termasuk ketika Iniesta hengkang ke Jepang. (Goal.com)

Jika dulu sewaktu saya masih kelas 6 (SD) atau kelas 7 (SMP) ingin menonton Barcelona, maka yang ingin saya tonton adalah permainan dari Ronaldinho. 

Pemain asal Brazil itu memang dikenal memiliki skill individu luar biasa dan selalu menampilkan aksi-aksi menarik untuk membawa Barcelona unggul di setiap pertandingan.

Tidak mengherankan jika kemudian Barcelona diidentikkan dengan Ronaldinho dan Ronaldinho adalah Barcelona. Selain karena kualitasnya, dia juga merupakan pemain yang dihormati oleh kawan dan lawan. Terbukti, publik Santiago Bernabeu pernah memberikan standing applause kepada sang maestro.

Namun, perjalanan waktu tak bisa dihentikan, begitu pula yang terjadi di Barcelona. Tahta Ronaldinho secara perlahan mulai diserahkan ke juniornya yang ternyata berasal dari negeri tetangganya, Argentina. Pemain itu adalah Lionel Andres Messi, atau yang akrab disebut Leo Messi.

Meski bukan kelahiran awal Agustus (berzodiak Leo), namun gaya mainnya bagaikan singa yang garang dan siap menerkam lawan-lawannya. 

Messi muda tampil mencuri perhatian ketika saat itu saya sudah beranjak remaja. Lambat laun, pamor Ronaldinho meredup dan semakin ditegaskan dengan kepindahannya ke AC Milan yang membuat Messi kian menjadi tumpuan utama Barcelona.

Bahkan, sekelas Thierry Henry dan Zlatan Ibrahimovic pun tak mampu menggeser peran penting Messi untuk Barcelona. Mereka melangkah keluar dari Camp Nou dan nama Messi semakin membumbung ke angkasa. Seolah langit Camp Nou hanya diselimuti awan yang berbentuk Leo Messi. Unik!

Namun, itulah yang terjadi. Barcelona patut berterimakasih kepada Messi ketika Pep Guardiola juga tak berhasil bertahan di Barcelona, meski dia salah satu pelatih yang memaksimalkan Messi kala itu selain Frank Rijkaard. 

Mungkin karena Pep percaya bahwa Barcelona masih akan menjadi klub besar ketika Messi masih ada di sana, bukan dengannya.

Terbukti, Barcelona masih mampu mengangkat trofi Liga Champions bersama pelatih yang berbeda, Luis Enrique. Raihan itu membuat Messi (juga) semakin dianggap digdaya, termasuk ketika publik semakin yakin bahwa Barcelona adalah Messi dan Messi adalah Barcelona, bukan Argentina.

Messi muda bersama Henry dan Ronaldinho. (Cnnindonesia.com/AFP Photo)
Messi muda bersama Henry dan Ronaldinho. (Cnnindonesia.com/AFP Photo)
Hal ini tak lepas dari kesulitannya Messi merengkuh trofi bersama timnas Argentina ketika dirinya di sisi lain justru bergelimang prestasi dengan Barcelona. Publik pun dilema. 

Di satu sisi mengakui kehebatan Messi, karena melihat prestasi Barcelona dalam kurun waktu 10 tahun lebih. Namun, mereka juga tidak bisa melihat Messi mengangkat trofi bersama timnasnya. Lalu, apakah benar Messi adalah pemain terbaik dunia?

Pertanyaan ini bisa muncul karena keberadaan Messi sebagai pemain terbaik tidaklah sendirian. Ada Cristiano Ronaldo yang dianggap sebagian publik penggila bola lebih komplit. 

Karena, dia tidak hanya mampu membawa klubnya (Real Madrid) berprestasi, namun juga dengan timnas Portugal yang dapat dibawanya meraih trofi Euro Cup dan UEFA Nations League.

Selain itu, CR7 -sebutan lain Cristiano Ronaldo- dianggap lebih berani keluar dari zona nyaman. Hal ini direpresentasikan dengan kiprahnya sebagai pesepakbola yang tidak hanya membela satu klub profesional.

Di awal karirnya, dia membuat pondasi kualitasnya dengan Sporting Lisbon (Portugal). Lalu, dia menerima pinangan dari Sir Alex Ferguson untuk bermain di Manchester United. Di sanalah dia mulai menjadi bintang muda yang dianggap pasti memiliki masa depan sangat cerah. Atas prediksi itu, Real Madrid yang saat itu ingin mengembalikan era "Los Galacticos" merekrutnya.

Hanya perlu beradaptasi selama satu musim untuk membuktikan kapasitasnya sebagai pemain termahal dunia saat itu. Apalagi di musim keduanya, dia berhasil memperoleh nomor keramatnya, 7. Sang kapten Portugal itu akhirnya menaikkan level keganasannya dan membuat Messi memiliki pesaing yang sepadan.

Terbukti, raihan gelar Ballon d'Or yang dimiliki Messi sampai saat ini masih hanya disaingi oleh Cristiano Ronaldo yang memiliki 5 "bola emas". Torehannya hanya kalah satu biji dari Messi yang tahun ini (2019) berhasil menambah koleksi gelar pemain terbaik dunianya menjadi 6 kali.

Namun, dengan torehan fantastis itu, publik terlihat masih belum puas terhadap keberhasilan Messi. Karena, sang Messiah masih berbaju biru-merah. Kapan Messi pindah? Kenapa Messi tidak pindah?

Dua pertanyaan ini seharusnya mengganggu telinga Messi. Apalagi ketika beberapa musim terakhir, terlihat ada indikasi bahwa Messi ingin pindah. Namun, apakah perlu Messi pindah? Apakah Messi tidak ingin menjadi legenda dan tetap menjadi icon bagi El Barca?

Saya pikir Messi tidak ingin menjawab pertanyaan-pertanyaan itu secara verbal. Dia terlihat lebih memilih untuk fokus terhadap apa yang saat ini dia jalani dan ingin dibuktikan di lapangan. Mengapa?

Karena di Barcelona, dia sebenarnya masih memiliki banyak tantangan, baik untuk pribadi dan untuk timnya. Hal ini terbukti dengan ketiadaan Cristiano Ronaldo di La Liga (Spanyol), tidak serta-merta membuat persaingan di La Liga menurun. Justru semakin seru, karena semua pemain ingin tampil bagus menyamai Messi.

Sebut saja Karim Benzema. Pemain asal Prancis yang masih bertahan di Real Madrid itu mulai memperlihatkan potensinya sebagai pemain selanjutnya yang dapat diperhitungkan oleh Messi dan tentunya Barcelona. 

Terbukti, ketika Benzema mampu mencetak gol, maka El Real memiliki peluang besar untuk menang. Apalagi saat ini antara Real Madrid dan Barcelona sedang bersaing memperebutkan puncak klasemen sementara La Liga.

Artinya, atmosfer persaingan di La Liga tidak lagi meredup seperti musim lalu -ketika Ronaldo hengkang ke Juventus, dan hal ini diprediksi telah membangkitkan gairah Messi untuk membuktikan dirinya bahwa dia masih memiliki banyak target bersama Barcelona.

Jika memang demikian, maka peluang publik untuk melihat Messi ber-jersey klub lain akan kian mengecil, dan publik seharusnya menghargai keputusan Messi. Mengapa?

Messi dan Ronaldinho. (Panditfootball.com)
Messi dan Ronaldinho. (Panditfootball.com)
Karena, menjadi pemain hebat, diandalkan, dan bersedia untuk bertahan di klub yang sama itu bukanlah pekerjaan mudah. Siapa yang dapat melakukannya? 

Ibrahimovic yang sudah sangat jelas diandalkan Inter Milan saja memilih bergabung ke Barcelona kala itu. Begitu pula dengan Cristiano Ronaldo yang sangat dibutuhkan Manchester United. 

Namun, dia memilih untuk pergi ke Real Madrid. Atau Robin van Persie yang hengkang dari Emirates Stadium ke Old Trafford.

Artinya, keputusan yang diambil Messi untuk saat ini adalah keputusan yang sangat langka. Saya hanya melihat satu sosok yang masih relevan dengan kisah Messi adalah Raul Gonzales. 

Legenda Real Madrid itu harus benar-benar pergi dari Santiago Bernabeu (pindah ke Schalke 04) ketika dirinya sudah tidak mampu lagi bertahan di tengah persaingan yang semakin ketat, baik secara internal maupun eksternal.

Ditambah pula dengan perubahan era, yang mana para pemain seperti Raul, Thierry Henry, Ronaldinho sudah (dianggap) tidak lagi mampu menyaingi potensi dari pemain-pemain muda seperti Messi, CR7, hingga Karim Benzema. 

Merekalah yang harus meneruskan tongkat estafet ke masa jaya yang baru, dan mungkin itulah yang akan terjadi pada Messi.

Messi kecil dikabarkan diselamatkan masa pertumbuhannya oleh Barcelona. (IDNTimes.com)
Messi kecil dikabarkan diselamatkan masa pertumbuhannya oleh Barcelona. (IDNTimes.com)
Dia ingin menantikan siapa pemain di Barcelona yang sanggup menerima tongkat estafet darinya. Karena, sebagai pemain yang merasa pernah diselamatkan hidupnya oleh klubnya, tentu tidak akan mudah untuk pergi. Sisi emosionalnya pasti besar, dan itulah yang harus dimengerti oleh publik terhadap Messi.

Uniknya, hal ini tidak hanya terjadi di dunia sepak bola. Di dunia balap motor, fenomena loyalitas yang dianggap menjadi zona nyaman juga terjadi. Publik tentu sudah sangat mengenal Marc Marquez, apalagi jika menjadi penikmat MotoGP, maka nama Marquez sudah sangat tak asing lagi.

Marquez masih difavoritkan untuk juara dunia 2020. (Boxrepsol.com)
Marquez masih difavoritkan untuk juara dunia 2020. (Boxrepsol.com)
Sama seperti Messi, Marquez juga menjadi sosok yang nyaris dapat disebut untouchable. Bahkan, jika dibandingkan dengan Messi, torehan prestasi Marquez jauh lebih ekstrem. 

Di usianya yang baru 26 tahun, sudah mampu merengkuh 8 gelar juara dunia dengan 6 diantaranya diraih di kelas tertinggi; MOTOGP! Wow, luar biasa!

Satu-satunya pembalap yang mampu mencoreng torehan prestasi tersebut hanyalah sang kompatriotnya, Jorge Lorenzo. Hanya pemilik nomor 99 itulah yang dapat menjegal Marquez untuk tidak dapat meraih gelar juara dunia secara beruntun sejak dirinya naik ke kelas MotoGP pada 2013. Ya, sejak 2013 sampai 2019 ini peraih juara dunianya adalah Marc Marquez.

Dia hanya gagal di tahun 2015, karena Jorge Lorenzo mampu tampil trengginas bersama Yamaha, dan sejak Lorenzo hengkang dari Yamaha (2017 di Ducati), tak ada lagi pembalap lain yang mampu menggulingkan tahta Marquez di akhir musim.

Namun kisah luar biasa Marquez masih dianggap kurang sempurna. Karena, dia masih hanya berkutat pada motor yang sama, Honda. 

Bersama Repsol Honda-lah Marquez mendominasi MotoGP. Sehingga, publik ingin melihat Marquez dapat membuktikan dirinya dengan motor lain. Apakah Marquez berani menerima tantangan tersebut?

Saya yakin, Marquez bisa saja berpindah tim di masa depan. Apalagi dengan usianya yang masih sangat muda, tentu gelora mencari tantangan baru itu ada. Namun, apakah perlu Marquez melakukannya?

Menurut Mick Doohan, Marquez seharusnya tidak perlu pindah tim/pabrikan. Karena, untuk membuktikan dirinya adalah pembalap hebat tidak harus dengan mencoba seluruh motor yang ada di MotoGP. 

Menjadi legenda bersama Honda juga sudah dapat memberikan prestis tersendiri bagi Marquez dan itu perlu dipertimbangkan.

Saya pun setuju jika Marquez tetap bertahan di Honda. Karena, terbukti pembalap legenda seperti Valentino Rossi saja masih lebih lekat di benak publik sebagai pembalap Yamaha dibandingkan sebagai pembalap Honda, alih-alih Ducati.

Marc Marquez dan Jorge Lorenzo di Repsol Honda musim 2019. (Gridoto.com)
Marc Marquez dan Jorge Lorenzo di Repsol Honda musim 2019. (Gridoto.com)
Begitu juga dengan Jorge Lorenzo. Seandainya dia tidak pergi dari Yamaha ataupun Ducati, bisa saja dia masih menjadi pembalap MotoGP sampai gelaran balap motor paling bergengsi tersebut mampir ke Sirkuit Mandalika, Indonesia pada 2021.

Namun, itu semua adalah pilihan, termasuk Marquez yang berhak memilih antara tetap di Repsol Honda ataupun pindah ke motor lain. Justru, (menurut saya) bertahan dengan kualitasnya yang sedemikian rupa adalah suatu tantangan yang sangat besar. Seperti yang sudah saya singgung di atas, bahwa bertahan di tempat yang memang sangat membutuhkannya adalah tantangan besar.

Bukan soal zona nyaman, namun soal godaan untuk tetap membentuk diri sebagai pribadi yang low profile. Karena, dengan rentang waktu "mengabdi" yang sangat lama, bisa saja sosok-sosok seperti Marquez dan Messi yang awalnya terlihat sama seperti pembalap dan pesepakbola pada umumnya, justru menjadi "raja" bagi "kerajaannya" masing-masing, dan itu adalah tantangan berat bagi mereka secara personal.

Jadi, masihkah kita menganggap bertahan adalah representasi dari zona nyaman?

Malang, 10 Desember 2019

Deddy Husein S.

Berita terkait: Goal.com, Bola.net, Gilabola.com, Bolasport.com, Tempo.co, Bola.com, Cnnindonesia.com, Panditfootball.com.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun