Mohon tunggu...
Deddy Husein Suryanto
Deddy Husein Suryanto Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Penyuka Sepak Bola. Segala tulisan selalu tak luput dari kesalahan. Jika mencari tempe, silakan kunjungi: https://deddyhuseins15.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan featured

Untuk Messi dan Marquez, Loyalitas adalah Zona Nyaman

10 Desember 2019   15:50 Diperbarui: 27 Agustus 2020   10:46 1322
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Messi sudah menjadi kapten sejak Andres Iniesta tak lagi menjadi pilihan utama termasuk ketika Iniesta hengkang ke Jepang. (Goal.com)

Messi kecil dikabarkan diselamatkan masa pertumbuhannya oleh Barcelona. (IDNTimes.com)
Messi kecil dikabarkan diselamatkan masa pertumbuhannya oleh Barcelona. (IDNTimes.com)
Dia ingin menantikan siapa pemain di Barcelona yang sanggup menerima tongkat estafet darinya. Karena, sebagai pemain yang merasa pernah diselamatkan hidupnya oleh klubnya, tentu tidak akan mudah untuk pergi. Sisi emosionalnya pasti besar, dan itulah yang harus dimengerti oleh publik terhadap Messi.

Uniknya, hal ini tidak hanya terjadi di dunia sepak bola. Di dunia balap motor, fenomena loyalitas yang dianggap menjadi zona nyaman juga terjadi. Publik tentu sudah sangat mengenal Marc Marquez, apalagi jika menjadi penikmat MotoGP, maka nama Marquez sudah sangat tak asing lagi.

Marquez masih difavoritkan untuk juara dunia 2020. (Boxrepsol.com)
Marquez masih difavoritkan untuk juara dunia 2020. (Boxrepsol.com)
Sama seperti Messi, Marquez juga menjadi sosok yang nyaris dapat disebut untouchable. Bahkan, jika dibandingkan dengan Messi, torehan prestasi Marquez jauh lebih ekstrem. 

Di usianya yang baru 26 tahun, sudah mampu merengkuh 8 gelar juara dunia dengan 6 diantaranya diraih di kelas tertinggi; MOTOGP! Wow, luar biasa!

Satu-satunya pembalap yang mampu mencoreng torehan prestasi tersebut hanyalah sang kompatriotnya, Jorge Lorenzo. Hanya pemilik nomor 99 itulah yang dapat menjegal Marquez untuk tidak dapat meraih gelar juara dunia secara beruntun sejak dirinya naik ke kelas MotoGP pada 2013. Ya, sejak 2013 sampai 2019 ini peraih juara dunianya adalah Marc Marquez.

Dia hanya gagal di tahun 2015, karena Jorge Lorenzo mampu tampil trengginas bersama Yamaha, dan sejak Lorenzo hengkang dari Yamaha (2017 di Ducati), tak ada lagi pembalap lain yang mampu menggulingkan tahta Marquez di akhir musim.

Namun kisah luar biasa Marquez masih dianggap kurang sempurna. Karena, dia masih hanya berkutat pada motor yang sama, Honda. 

Bersama Repsol Honda-lah Marquez mendominasi MotoGP. Sehingga, publik ingin melihat Marquez dapat membuktikan dirinya dengan motor lain. Apakah Marquez berani menerima tantangan tersebut?

Saya yakin, Marquez bisa saja berpindah tim di masa depan. Apalagi dengan usianya yang masih sangat muda, tentu gelora mencari tantangan baru itu ada. Namun, apakah perlu Marquez melakukannya?

Menurut Mick Doohan, Marquez seharusnya tidak perlu pindah tim/pabrikan. Karena, untuk membuktikan dirinya adalah pembalap hebat tidak harus dengan mencoba seluruh motor yang ada di MotoGP. 

Menjadi legenda bersama Honda juga sudah dapat memberikan prestis tersendiri bagi Marquez dan itu perlu dipertimbangkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun