Mohon tunggu...
Suparjono
Suparjono Mohon Tunggu... Administrasi - Penggiat Human Capital dan Stakeholder Relation

Human Capital dan Stakeholder Relation

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Dimana Zona Nyaman, Perlu Pindahkah?

26 Maret 2024   16:02 Diperbarui: 26 Maret 2024   16:03 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Worklife. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Comfort Zone atau Zona Nyaman adalah istilah yang menggambar seseorang dalam kondisi aman, bebas dari kecemasan, kekhawatiran bahkan ketakutan. Kondisi tersebut menjadi sangat ideal karena ada keselarasan antara harapan dan kenyataan. Kondisi yang menghadirkan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang melintas dalam benak setiap individu. 

Kondisi yang demikian kira-kira berada dimana kalau boleh ditanyakan dan direnungkan, mungkin kah ada?. Sedangkan kita mestinya mengetahui bahwa realitas sangat terbatas dan dibatasi oleh ruang dan waktu serta materi pemenuh hasrat atau insting. Akhirnya, menjadi kurang pas, jika ada pertanyaan atau pernyataan yang sering berseliweran dalam lini masa atau suara-suara podcast yang menyatakan bahwa kita harus keluar dari Comfort Zone atau Zona Nyaman. Keluar dari mana? 

Sedangkan kita belum tahu zona nyaman sebenarnya berada dimana? dalam kondisi apa? bersama dengan siapa? untuk mendapatkan dan menemukan kondisi yang disebut dengan zona nyaman. Pertanyaan tersebut patut dilontarkan sebagai pemantik agar kita bisa mengetahui zona nyaman yang sesungguhnya berada dimana.

Sebelum kita menjawab, alangkah baiknya kita coba telisik pengertian zona nyaman secara etimologi yang merujuk pada Kamus Besar Bahasa Indonesia. Zona nyaman berasal dari dua kata yaitu Zona dan Nyaman.  Zona artinya daerah (dalam kota) dengan pembatasan khusus, Kawasan sedangkan nyaman adalah segar, sehat,  sedap, sejuk, enak. Kalau kita satukan maka bisa kita tarik secara umum adalah areal dimana kondisi lingkungan, kawasan atau areal yang segar, sehat, sedap, sejuk dan enak. 

Dalam kontek kemanusiaan maka dapat kita sebut sebagai kondisi manusia yang berada dalam keadaan segar, sehat, sedap, sejuk dan enak. Kondisi tersebut sangat subjektif tergantung pada selera dan paradigma masing-masing individu dalam menterjemahnya kondisi kemanusiaannya segar, sejuk atau enak. Tak hanya itu saja, kondisi yang disebut zona nyaman hadir dalam waktu yang sementara. Hal tersebut terjadi karena cuaca berganti, informasi datang begitu massif sehingga menimbulkan persepsi dan sensasi yang baru. Kebaruan setiap persepsi dan sensasi itulah yang membuat kesementaraan setiap zona nyaman selalu berubah.

Bagaimana pengertian zona nyaman dalam istilah. Istilah "zona nyaman" pertama kali diciptakan dalam "The Dangers of the Comfort Zone" yang diterbitkan oleh Judith Bardwick pada tahun 1991. Judith Bardwick mendefinisikan zona nyaman sebagai perilaku dimana seseorang dengan perilaku yang terbatas bekerja atau bekerja untuk mencapai tingkat kinerja yang stabil. 

Akibatnya, pekerjaan umumnya dilakukan tanpa resiko, monoton, dan membosankan. Pengertian tersebut dapat bisa kita tarik kesimpulan secara sederhana (tidak bermaksud menyederhanakan) bahwa zona nyaman adalah PROSES dari PERILAKU atau AKTIVITAS untuk mencapai TUJUAN cukup berhenti disini saja. Bahwa tujuan yang akan dicapai adalah stabil, kekayaan, kebebasan ekonomi dan lain sebagainya pada akhirnya akan tiba masa dimana setiap manusia mengalami kejenuhan, kebosanan dan kondisi yang monoton. 

Oleh sebab itu, tujuan dari setiap proses dari perilaku setiap manusia merupakan aktivitas mencapai tujuan yang satu menuju tujuan lainnya, karena tak bisa kita pungkiri bahwa setiap kali tujuan dari manusia tercapai maka akan muncul tujuan lainnya. Hal tersebut terjadi sebagai wujud eksistensi dan fitrah kemanusiaan yang melekat dalam setiap manusia.

Dari dua pendekatan tersebut, pengertian zona nyaman baik secara etimologi dan istilah pada akhirnya bisa kita melihat dalam perspektif yang lain. Zona nyaman yang baru tentu bukannya kondisi yang diam, statis atau tercukupi tentang kebutuhan ekonomi, hasrat dan keinginan. Zona nyaman yang demikian justru menghadirkan masalah baru seperti ketakutan, kekhawatiran, kecemasan yang bisa berujung pada stress bahkan mampu menjurus kepada keterasingan setiap manusia. 

Maka wajar, jika banyak motivator atau para praktisi manajemen terus mengajak agar kita semua harus bisa keluar dari zona nyaman menuju growth minded. Kampanye terkait perlu dan harusnya perpindah dari zona nyaman menuju growth minded sepertinya menegasikan bahwa zona nyaman memang tidak layak untuk dipertahankan karena banyak mendatangkan keburukan, kemandegan, kejumudan bagi kehidupan manusia.

Dengan demikian, benarkan zona nyaman yang selama ini dimaksud adalah kondisi aman, tanpa ada tekanan, kecemasan dan seterusnya. Padahal dalam realitas yang bersifat materialistik selalu ada hukum tarik menarik yang menjadi keniscayaan. Keniscayaan tersebut sebagai akibat dari terbatasnya faktor pemenuh hasrat dan aktualisasi ide dari proses berfikir dan insting yang dimiliki oleh setiap mahluk. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun