Parahnya, tren justru menunjukkan pemangkasan. Inggris menurunkan anggaran bantuan AMR dari 0,5% menjadi 0,3% dari PDB. Amerika Serikat memotong 80% anggaran terkait AMR. Prancis dan Jerman juga ikut mengurangi kontribusinya. Sementara itu, dana-dana bantuan dari negara-negara kaya yang selama ini menopang upaya penanggulangan AMR di negara berkembang pun ikut menghilang.
Jadi, negara-negara miskin kehilangan harapan, sementara negara maju merasa ancaman belum dekat. Padahal, resistensi antimikroba tidak mengenal paspor. Bakteri super bisa menumpang pesawat, menyebar lewat kontak biasa, bahkan lewat makanan yang kita konsumsi.
Di banyak rumah sakit besar, kasus-kasus infeksi karena AMR mulai jadi keluhan rutin. Ada pasien dengan infeksi saluran kemih yang tidak bisa lagi diobati dengan ciprofloxacin atau amoxicillin. Ada balita dengan pneumonia yang tidak kunjung sembuh karena semua antibiotik lini pertama sudah tak mempan. Ada ibu hamil yang terkena infeksi pasca persalinan, tapi pilihan antibiotik yang tersedia tidak lagi efektif.
Lebih mengkhawatirkan lagi, di rumah sakit daerah dan puskesmas di banyak wilayah Indonesia, diagnosis sering dilakukan tanpa uji laboratorium yang memadai. Akibatnya, antibiotik diberikan tanpa dasar yang kuat. Ketika satu tidak mempan, ganti yang lain, lalu yang lain lagi --- hingga bakteri tidak bisa lagi dikalahkan.
Haruskah Kita Menyerah?
Tentu tidak. Justru sekarang adalah waktu yang paling krusial untuk bertindak.
Beberapa tahun terakhir, riset di bidang mikrobiologi dan pengembangan antibiotik mengalami kemajuan. Sudah ada alat diagnostik yang lebih canggih untuk mendeteksi jenis bakteri secara cepat. Beberapa antibiotik baru sedang dikembangkan --- meski tantangannya besar karena pengembangan antibiotik tidak semenguntungkan obat kronis lain.
Di sisi lain, banyak komunitas, organisasi kesehatan masyarakat, dan tenaga medis mulai menggalakkan edukasi soal penggunaan antibiotik yang bijak. Tapi gerakan ini perlu dukungan lebih besar, terutama dari negara.
Apa yang Bisa Kita Lakukan?
Kita tidak harus jadi dokter atau ahli mikrobiologi untuk berkontribusi dalam perang melawan AMR. Kita bisa mulai dari langkah-langkah sederhana seperti: