Mohon tunggu...
Dean Ruwayari
Dean Ruwayari Mohon Tunggu... Geopolitics Enthusiast

Learn to live, live to learn.

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Ekonomi Global dalam Cengkraman "Yo-yo" Trump

19 Juli 2025   19:52 Diperbarui: 20 Juli 2025   10:36 403
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Presiden Amerika Serikat Donald Trump (AFP/MANDEL NGAN via KOMPAS.com)

Di Asia Tenggara, laporan dari Vietnam Chamber of Commerce and Industry (VCCI) menunjukkan bahwa pada kuartal pertama 2024, lebih dari 38.000 pekerja dirumahkan di sektor manufaktur yang berorientasi ekspor. Terutama yang memasok pasar AS. Hal serupa terjadi di Kamboja, di mana Federation of Apparel Workers mencatat penutupan 130 pabrik garmen sejak akhir 2023 karena kehilangan pesanan dari perusahaan-perusahaan AS yang terkena tarif atau ketidakpastian kebijakan.

Bagi negara-negara seperti Vietnam, Kamboja, dan Malaysia yang sempat menikmati pertumbuhan pasca-pandemi, langkah Trump adalah "pukulan balik" yang tak adil. 

Mereka bukanlah pemicu konflik, tapi kini harus menanggung akibat dari rivalitas ekonomi global.

Tarif yang dikenakan bisa memangkas ekspor lebih dari 50%. Dan dengan itu, hilang pula ribuan lapangan kerja, potensi pembangunan, dan stabilitas sosial.

Lebih menyakitkan lagi, negara-negara ini sebelumnya dipandang sebagai "alternatif strategis" dari dominasi China. Namun justru saat mereka memanfaatkan peluang, mereka dihukum (yang ironisnya) oleh kekuatan yang seharusnya menjadi mitra.

Bagaimana dengan perang militer? Salah satu kampanye utama Trump adalah janji untuk "mengakhiri perang Amerika yang tak berkesudahan". Tapi realitas menunjukkan hal sebaliknya.

Dalam lima bulan pertama masa jabatannya, Trump telah meluncurkan lebih banyak serangan udara dibandingkan total empat tahun masa kepemimpinan Joe Biden.

Data ini diangkat oleh media seperti The Intercept dan The Guardian, dan disokong laporan militer yang mengkhawatirkan eskalasi konflik baru di Timur Tengah.

Trump tidak hanya memicu perang dagang, tapi juga kembali menabuh genderang perang militer.

Akibatnya bukan hanya darah di medan tempur, tetapi juga ketegangan di pasar keuangan global.

Trump memang terkenal memerintah dengan gaya yang sulit ditebak. Ia bisa menyatakan perang dagang hari ini, dan berdamai lewat Twitter esok hari. Konsistensinya seperti yo-yo yang bergerak naik turun tanpa pola tetap.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun