Mohon tunggu...
Deana Derawati
Deana Derawati Mohon Tunggu... Penulis - Blog ini membahas seputar politik, sosial, dan gejala-gejala yang terjadi di masyarakat

Penulis adalah Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Pemanfaatan SDA Berbanding Terbalik dengan Kompetensi SDM

3 Oktober 2020   09:15 Diperbarui: 3 Oktober 2020   09:19 346
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kemudian Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Pandeglang juga menyebutkan bahwa mutu pendidikan di Kab. Pandeglang bisa dikatakan buruk, disebabkan pula oleh SDM. Beliau mengatakan "mereka, kan sudah punya tukin (tunjangan kinerja), tinggal mungkin guru-guru itu meningkatkan SDM-nya, jadi harus malu, dengan sekolah swasta yang lebih bagus mutu pendidikannya".

Menurut saya ini juga bisa dikatakan sebagai ketimpangan sosial, sebab kita semua tahu bagaimana kualitas pendidikan di daerah-daerah maju yang dekat dengan ibukota, ini akan sangat mengkhawatirkan, sebab apabila kualitas pendidikan dari daerah yang tertinggal masih buruk, lalu apa kabar output yang dihasilkan? Kita sangat memerlukan putra daerah tersebut untuk membawa daerahnya yang tertinggal, bangkit menjadi daerah yang terdepan.

Kemudian sesuai dengan sub-tema yang saya buat. Ya, selain dari aspek sumber daya manusia-nya, disini juga saya ingin menyoroti bidang sumber daya alamnya, sebab bagi saya SDA juga tidak kalah penting dari SDM.

Bagi saya ini sangatlah ironis. Sebab tahukah kamu? Bahwa kabupaten yang menjadi wilayah dengan sumber daya alam terkaya di banten, sekaligus menyandang predikat sebagai kabupaten termiskin. Nampak isu kemiskinan masih saja menjadi persoalan yang belum teratasi. Menurut saya, hal ini juga disebabkan oleh ketidak-maksimalan sumber daya manusia nya dalam mengelola SDA.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2019, kemiskinan di Pandeglang tercatat sebesar 9,61% yang menempatkan Pandeglang sebagai daerah termiskin di Provinsi Banten. Hal ini sangat mengherankan bagi saya, sebab berdasarkan data yang didapatkan tiga tahun terakhir ini APBD Pandeglang sudah cukup baik dan menembus angka 2,6 Trilyun.

Selain itu Kab.Pandeglang merupakan satu dari dua wilayah di Provinsi Banten yang mempunyai potensi SDA cukup besar karena masih menyimpan potensi sumber daya air, pertanian, kehutanan, pertambangan, dan pariwisata yang belum dikelola secara optimal. Berdasarkan informasi yang saya baca dari salah satu berita online, disitu dinyatakan bahwa Ketua Badan Pemantau Pembangunan Provinsi Banten menyatakan kekecewaannya terhadap kinerja pemerintah setempat.

"Banyak kepemimpinan di daerah yang telah menunjukkan prestasinya, sehingga wilayahnya mengalami perubahan ke arah lebih baik. Namun Pandeglang selama ini sulit untuk bangkit dari daerah tertinggal saja, karena hanya ingin mendapatkan bantuan anggaran dari pusat, dan sulit untuk menjadi daerah maju dan berkembang," demikian ujarnya. Ya, saya rasa beliau pun memiliki pemikiran yang sama dengan saya, lagi dan lagi hal yang disayangkan adalah kinerja dari sumber daya manusianya.

Selain daripada itu, menyangkut SDA diketahui bahwa hasil pertanian berupa padi dan palawija memadai dan bisa menjadi surplus apabila diterapkan teknologi tepat guna. SDA yang juga menjanjikan ialah pertambangan berupa tambang emas di Cikotok, namun pemanfaatan SDA belum menyejahterakan masyarakat setempat, cikotok yang dulunya ramai dengan kehidupan pertambangan, kini tak ada bedanya dengan kota kecil lainnya.

Beberapa aset bangunan Unit Pertambangan Emas Cikotok (UPEC) PT Aneka Tambang kini dialihfungsikan. Kantornya pun kini menjadi Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1 Cibeber. Kemudian setelah PT Aneka Tambang tidak beroperasi, kini masyarakat sekitar yang melakukan kegiatan pertambangan ilegal yang dibawahi oleh "Cukong", para gurandil tersebut diberikan upah kecil yang tidak sebanding dengan tenaga mereka. Seolah warga lokal menjadi budak di rumah mereka sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun