Mohon tunggu...
Irpanudin .
Irpanudin . Mohon Tunggu... Petani - suka menulis apa saja

Indonesianis :) private message : knight_riddler90@yahoo.com ----------------------------------------- a real writer is a samurai, his master is truth, his katana is words. -----------------------------------------

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

TGB dan Artileri Yang Rontok Sebelum Pertempuran

12 Juli 2018   18:25 Diperbarui: 13 Juli 2018   10:45 1212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: tribunjatim

Mas bowo adalah jendral yang ditempa di medan pertempuran, bukan jendral administratif yang bekerja di depan meja. Strategi perang, berbagai teknik pertahanan serta rancangan serangan dalam pertempuran sudah hapal, paham dari teori dasar sampai penerapan detailnya.

Bagi jendral tempur seperti mas bowo: "siapa yang memulai serangan dan mengendalikan keadaan lebih dulu, dia sudah menguasai separuh pertempuran" adalah doktrin perang yang jadi pegangan. Maka untuk meraih kursi yang 4 tahun lalu lepas dari bidikan, jauh-jauh hari sebelum pendaftaran pasangan pilpres, beliau sudah mendeklarasikan diri sebagai calon presiden (dalam bahasa beliau: menerima perintah dan mandat partai). Tidak cuma itu, beliau sudah menyiapkan, menanam dan membangun strategi untuk menumbangkan calon lawannya.

Jauh-jauh hari, partai yang jadi pion setia (sebut saja Partai Ki Sohib), sobat koalisi paling akrab, sudah dikunci untuk memberi dukungan all out. Parlemen juga sudah berhasil diatur supaya menetapkan threshold tinggi, tujuannya agar jangan sampai hadir calon ke-3 yang mengacaukn peta pertarungan edisi siaran ulang.

Serangan sudah lama dirancang, sebelum KPU menetapkn jadwal pilpres tagar #2019gantipresiden bergema dalam berita. Pilgub pun diatur tidak perlu mensosialisasikan program, malah jual tagar anti presiden. Petahana sudah digempur jauh hari dengan isu komunisme, china, ekonomi, tapi yang paling utama adalah isu agama. Jejaring serangan sudah ditebar, menjelang hari H, seluruh elemen pertempuran sudah pasang amunisi yang siap ditembakkan.

Sayangnya, yang benar-benar di luar perhitungan mas bowo adalah ketika TGB menyatakan dukungan kepada mas joko. Selama ini di medsos TGB adalah potret ideal antitesis mas joko. Ulama dan keturunan ulama tulen, hafidz, lulusan al-azhar, sosok islamis sejati, yang menjadi sosok lawan utama dari mas joko yang digambarkan "anti islam", meskipun keduanya sama-sama beragama islam.  Dukungan TGB  mengacaukan strategi serangan mas bowo, artileri utamanya dalam "perang pilpres" seperti sudah dilucuti sebelum perang dimulai.

Terlucutinya senjata andalan perang itu rupanya disadari juga oleh pihak mas bowo, tidak heran kalau tuan Zon tampak panik. Segera saja di medsos, TGB diserang dengan brbagai isu, dari isu tekanan KPK, istri kedua (yang sebetulnya bersifat sangat pribadi), sampai tuan zon sendiri angkat bicara dengan membuat takaran keimanan bagi lulusan Al-azhar tersebut, semua dimaksudkan untuk meruntuhkan reputasi beliau. Sayangnya, karena sosok TGB yang lekat dengan citra ulama, serangan itu tentu saja tidak mudah menembus "baju zirah" TGB.

Namun apa pun itu, inti dari keputusan TGB adalah melemahnya serangan dari sisi isu agama kepada mas joko. Artileri itu tidak mungkin lagi sekuat sebelum TGB melabuhkan haluannya. Berlabuhnya TGB ke kubu mas joko adalah sebuah kejutan, dan kita menunggu kejutan-kejutan strategi berikutnya dari berbagai pihak menjelang "pertempuran resmi" pilpres 2019.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun