Mohon tunggu...
djarot tri wardhono
djarot tri wardhono Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis apa saja, berbagi dan ikut perbaiki negeri

Bercita dapat memberi tambahan warna

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Serba Tiba-tiba

7 April 2021   07:07 Diperbarui: 7 April 2021   07:09 412
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

“Oh-oh”, jawabnya. Perkiraanku, setidaknya memar biru di pipi tak tampak. Entah, nanti dia memoles dengan bedak atau perangkat kecantikan lain, yang tak kupaham.

Sambil duduk di kafe itu. Kutawari hidangan dan minuman. Secangkir capucino dan  sepiring french fries, melengkapi penerimaan dan pemakluman rasa bersalahku. Dengan awalan suasana yang dingin, menjadi hangat setelah hidangan tersaji.

“Darto”, aku menjulurkan tanganku untuk berkenalan.

“Azza”, jawabmu pendek menyambut tanganku.

Perkenalan yang tiba-tiba dari kejadian yang tak terduga. Dan perkenalan yang tak dinyana. Semua terjadi serba singkat dan tak kukira. Semuanya tiba-tiba.

***

Semenjak kejadian itu, kami kadang berjumpa. Kala berangkat, bertemu muka di gerbong yang sama, juga saat pulang bertatap wajah. Belum sering di awalnya, setidaknya per dua pekan bertemu dari jauh, dan hanya melambaikan tangan. Seiring berjalannya waktu, di Prameks itu perjumpaan semakin sering. Bukan bertemu dwi-mingguan tapi bahkan per hari bersua. Dan tiba-tiba, akhirnya jatuh hati. Gayung pun bersambut, perasaan bertaut dan perjalanan cinta pun berturut.

Aku dan dia akhirnya, berangkat dan pulang bersama. Bertemu di stasiun, berjanji di gerbong ke berapa dan di dekat pintu kereta yang mana. Kadang makan bersama, sebelum melangkah ke stasiun. Semuanya terasa indah.

Kuliner Jogja-Solo menjadi langganan kami berkencan. Gudeg Mbok Kedul dekat Stasiun Purwosari, dimana Azza turun dari Kereta. Semua di seputaran Purwosari, kita jelajahi. Pukis Badran, Bakmi Djoko Koeno mbak Mangoen, Kopi Lawe, Wedangan Radjiman Bakso pak Suradi dan banyak lagi. Belum yang di seputaran Stasiun Balapan, sudah tamat kita putari termasuk kuliner tak enak. Semuanya terasa lezat dengan hadirnya Azza. Segalanya menjadi menarik dan gemintang. Tiba-tiba berjuta indahnya.

Kisah kita, berjalan mendaki dan menurun bak naik-turun gunung. Tak pernah kita menuruni lembah. Selalu naik dan turun dengan berbagai gunung, dan dilalui dengan penuh rasa, penuh tawa dan banyak canda. Hanya di awal perkenalan, membiru memar dan selanjutnya tak ada haru biru di antara aku dan Azza. 

Entah, tiba-tiba kamu berniat untuk berpindah kerja, merantau nun jauh ke Ibukota, mencoba mengadu nasib dan karir. Aku pun berusaha untuk mengikuti jejak Azza, namun lamaran demi lamaran yang kulayangkan tak bersambut. Tak ada jawaban meski hanya undangan untuk tes masuk. Surat lamaran seakan sirna begitu aja. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun