Dunia itu dulunya dipenuhi bunga. Banyak bunga berwarna -- warni yang tinggal disana. Mereka hidup damai. Bangun di pagi hari. Berjalan -- jalan, melompat dan beterbangan saat siang hari. Lalu berdiam saat malam tiba.
Kehidupan mereka sempurna, sampai suatu malam muncullah tanaman mandrake. Umbi -- umbinya yang kekar, dan sulur -- sulurnya yang panjang, datang saat para bunga tidur. Mereka melilitnya dengan sulur, menebasnya dengan badan kokoh mereka, hingga jumlah bunga berkurang.
Mandrake itu datang dari daerah seberang. Mereka tumbuh subur di sebuah kastil kuno. Dan ada seorang nona yang merawat mereka.
Nona itu awalnya ingin membangun desanya dengan tanaman yang hijau dan rimbun. Tapi niat mulianya dimanfaatkan oleh tanaman mandrake. Sampai akhirnya, nona tahu itu dan kasihan melihat nasib bunga -- bunga.
"Oh tidak! Kenapa? Kenapa kalian tega berbuat begitu?" kata si nona sambil menutup mulutnya, tak percaya akan yang dilihatnya.
"Itu harga yang harus dibayar mereka." kata si mandrake.
"Kalian sesama tumbuhan. Kenapa kalian tega?"
"Dengar. Bukan kami yang memulai."
"Apa maksudmu?"
"Bunga -- bunga itulah yang memulai perang ini. Dulu kami diejek oleh mereka."