Suatu mimpi akan tetap menjadi mimpi manakala mimpi itu hanya oleh satu dua orang. Ketika suatu mimpi telah menjadi mimpi bersama, maka mimpi itu akan menjadi kenyataan.
Jika demikian, bagaimana cara agar dinamika politik praktis yang penuh intrik dan carut marut itu, bisa dibuat menjadi lebih baik, menyenangkan untuk dinikmati dan penuh kasih sayang?
Sebenarnya hal itu bisa terjadi apabila ada mimpi bersama untuk tidak menyentuh hal-hal yang final dalam konteks hidup berbangsa dan bernegara, hoax, serta hal-hal kontra produktif lainnya.
Jika ada pihak atau oknum tertentu yang menggiring untuk melakukan carut-marut politik, maka tak perlu diresponi secara berlebihan. Jika diberi respon yang berlebihan, ibarat menahan lentingan bola, yang semakin ditahan, maka lentingannya akan semakin tinggi.
Lebih baik memberikan sanggahan yang bersifat pencerahan, ketimbang memberikan bantahan yang terasa mendiskreditkan. Upaya saling membalas tak akan pernah membuat suatu keadaan menjadi lebih baik.
Banyak orang lupa bahwa apabila tamparan dibalas tamparan akan berakibat pada timbulnya suasana yang makin carut-marut. Mahatma Gandhi dalam perjuangan melawan penjajah selalu mengajarkan pengikutnya bahwa
....apabila kekerasan dibalas dengan kekerasan hanya akan melahirkan kebencian dan bibit-bibit permusuhan baru. Gandhi mengajarkan, perjuangan itu harus berada di jalan yang benar dan bermoral.
Niat baik di atas akan dapat terwujud, jika para praktisi politik memiliki satu hal utama, yakni "kasih sayang".Terkait dengan hal ini, saya jadi teringat dengan sebuah cerita yang pernah diceritakan oleh mantan guru saya dulu. Adapun inti ceritanya, sebagai berikut.
Konon, di satu negara hiduplah seorang pemuda yang bernama Tresno, ia berniat melakukan perubahan atas situasi politik negara yang sangat diskriminatif dan tak menentu kala itu.
Niat baik si Tresno itu, dipandang sebagai hal yang mengganggu kenyamanan para petinggi yang sedang menikmati kekuasaan kala itu. Akibatnya banyak tuduhan yang disangkahkan kepada si Tresno, oleh para petinggi yang merasa terganggu di negeri itu. Lalu mereka sukses menghantar si Tresno masuk dalam penjara.
Ketika Tresno dalam penjara ada seorang sipir yang sering berlaku kejam kepada si Tresno. Kekeliruan yang sepeleh oleh Tresno selalu dijadikan alasan untuk menghukumnya secara kejam. Hal itu membuat Tresno sangat menderita dan kejadian ini terus berlangsung hingga si Tresno keluar dari penjara dalam usia yang sudah senja.