Mohon tunggu...
Darul Azis
Darul Azis Mohon Tunggu... Administrasi - Wirausahawan

Wirausahawan yang terkadang menulis

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Merencanakan Hidup, untuk Keuangan dan Masa Depan yang Lebih Baik

15 Mei 2016   22:53 Diperbarui: 16 Mei 2016   22:51 470
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mari, kita rencanakan hidup untuk masa depan yang lebih baik/isabellafoxwell.com

 

 

"Tahun 2011, menjelang usia saya yang ke-40 tahun,  sepertinya akan menjadi tahun yang tak terlupakan dalam hidup saya." Laki-laki paruh baya itu akhirnya malah menceritakan masa-masa krisis dalam hidupnya. Padahal malam itu, enam bulan yang lalu, saya hanya ingin berkonsultasi kepadanya perihal bagaimana merencanakan dan mengelola keuangan yang benar di tengah kondisi keuangan saya yang kacau balau saat itu. Namun kemudian yang saya dapat dari Pak Hari, demikian saya memanggilnya, justru lebih dari itu. Yakni sebuah pelajaran yang sangat berharga dan pasti akan terus saya ingat ke depannya.

Untuk diketahui, saya adalah salah satu karyawan di perusahaan skala menengah miliknya (Namun Pak Hari lebih memilih untuk menganggap saya sebagai partner kerja ketimbang karyawan ataupun pegawai. Maka selain bekerja bersama, kami pun juga sering berdiskusi, berbagi, hingga bahkan bercanda. Maklum, selain baik ia juga sangat berjiwa muda). Pak Hari bisa disebut sebagai salah satu pengusaha sukses di Jogja.  Usahanya yang bergerak di bidang produksi minuman herbal instan, kini telah memasok seluruh toko modern seantero Jateng-DIY, Bali, Batam, dan Medan. Usaha yang didirikannya pada tahun 2007 lalu bersama sang istri itu kini mampu meraih omset hingga ratusan juta rupiah per bulannya. 

Saya merasa sangat beruntung bisa bekerjasama dengannya sejak April 2015 lalu. Melihat sendiri bagaimana kondisi usahanya sekarang, saya pun jadi tertarik untuk menggali sebanyak-banyaknya ilmu darinya. Dan itulah salah satu alasan mengapa saya berkonsultasi dengannya malam itu; beliau adalah orang yang tepat.

"Tahun itu adalah tahun tersuram dan penuh dengan teror yang sangat menakutkan dalam hidup saya," lanjutnya. "Kata orang, hidup yang sebenarnya baru dimulai setelah usia ke-40, agaknya memang benar. Tahun itu merupakan titik balik bagi kehidupan saya sebagai seorang kepala keluarga dan seorang suami."

Apa sebenarnya yang terjadi?

"Pertengahan tahun 2010, usaha saya berkembang pesat. Omset dari bulan ke bulan naik tajam karena minuman kunir putih dan jahe merah instan saat itu memang sedang naik daun. Namun anehnya, meski omset saya banyak, utang saya juga banyak. Sehingga uang yang kami dapatkan saat itu pun bablas-bablas saja. Tak butuh waktu lama, enam bulan kemudian kondisi keuangan kami pun semakin memburuk seiring dengan banyaknya utang yang harus dibayar setiap bulannya."

Mengapa bisa seperti itu? Apa penyebabnya?

"Bisa dikatakan penyebabnya adalah mentalitas, nafsu, dan ambisi. Di antara ketiga hal itu, nanti bisa Mas Azis simpulkan sendiri yang mana yang paling dominan. Jadi, begitu merasakan omset per bulan yang sedemikian tinggi itu, kami pun merasa menjadi orang kaya baru (OKB) dan merasa harus segera menikmatinya. Sehingga ya, tahu sendiri kan gaya hidup OKB yang mentalnya belum jadi? Konsumtif dan kurang memperhitungkan setiap pengeluaran. Beli ini beli itu, gesek sana gesek sini, walaupun sebenarnya kurang begitu diperlukan. Pengeluaran kami benar-benar tidak terkontrol waktu itu. Kemaruk kalau orang Jawa bilang."

Lantas, apa akibat terburuknya?

"Memasuki tahun 2011 usaha saya nyaris bangkrut. Sementara utang-utang saya masih banyak yang belum terbayar. Dalam kondisi seperti itu, bodohnya lagi saya malah tergiur bermain saham sebagai salah satu jalan (pintas, red) untuk mendapatkan uang banyak, sementara saya masih sangat minim pengetahuan mengenai jenis investasi tersebut. Maka ujung-ujungnya pun saya merugi. Uang saya lenyap. Kami benar-benar terperosok jauh ke jurang utang saat itu. Dalam sekali." Kenang Pak Hari dengan mata menerawang dan berkaca-kaca.

Bagaimana upaya bapak kemudian untuk bangkit kembali?

"Saat saya dalam kondisi terpuruk seperti itulah, salah seorang teman SMA saya tiba-tiba menghubungi saya. Saya diajaknya untuk ikut seminar bertema bebas dari utang. Entah dia tahu kalau saya sedang terjerat utang atau memang itu campur tangan Tuhan, saya tidak tahu persis. Saat itu saya tidak sempat berpikir sampai sejauh itu karena utang-utang yang menjerat sudah sangat menguras pikiran. Sampai sekarang saya tidak pernah berusaha mencari tahu soal itu, biarlah itu menjadi misteri." Selorohnya kemudian.

Pak Hari mengaku, saat  itu sebenarnya ia sempat merasa bimbang, karena harus membayar beberapa ratus ribu rupiah sementara uang tersebut akan ia pakai untuk keperluan lain. Namun setelah berdiskusi  panjang dengan istri, akhirnya mereka berdua sepakat untuk mengikuti acara tersebut. 

"Diniati aja dulu lah pokoknya," saat itu kami berkeyakinan. (Maksudnya diniati bagi orang Jawa adalah ikhtiar dulu. Perkara hasil jangan terlalu dipikirkan)

Lalu bagaimana hasilnya? Kejar saya kemudian.

"Tak dinyana, ternyata memang melalui acara itulah Tuhan memberi petunjuk pada kami. Berbagai kesalahan-kesalahan dinampakkan kepada kami, mulai dari tiadanya rencana hidup yang jelas, gaya hidup yang konsumtif, kurang disiplin dalam menabung, hingga terlupakannya hak-hak orang lain dari penghasilan yang kami dapatkan setiap bulannya."

Sejak saat itu,  ia dan istri mulai membenahi visi hidup keluarga ke depannya mau bagaimana.  Karena dari sanalah menurut mereka semua masalah itu datang. 

"Kami tidak punya visi dan rencana hidup yang jelas hingga berakibat pada semakin kaburnya perencanaan dan pengelolaan keuangan keluarga. Pun demikian dengan evaluasi keuangan,  nyaris tak pernah kami lakukan saat itu." Kenangnya.

Seberapa penting visi hidup menurut bapak?

"Sangat penting. Fundamental bahkan. Setiap orang atau setiap keluarga seharusnya punya visi dan rencana hidup. Mulai dari yang jangkanya bulanan, tahunan, lima tahunan, hingga yang bersifat jangka panjang. Mas Azis sudah punya?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun