Mohon tunggu...
Darul Azis
Darul Azis Mohon Tunggu... Administrasi - Wirausahawan

Wirausahawan yang terkadang menulis

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Pemberontakan Puisi dan Matinya Koran di Kota Kami

22 Desember 2017   15:23 Diperbarui: 22 Desember 2017   15:28 866
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi(SHUTTERSTOCK) | Sumber: Kompas.com

"Iya juga ya," kataku dalam batin seraya menyesapnya lagi.

"Duh Gusti, siang ini kopi terasa nikmat sekali." sekali lagi aku membatin mensyukuri rasa kopi. Kali ini sambil memejamkan mata.

"Kau ini bagaimana? Sama-sama hamba tapi malah mau menjerumuskanku." Kataku tiba-tiba, membantah bujukannya.

Kopiku menguarkan asap dan aromanya. Cantik sekali.

"Santai saja. Tuhan Maha Mengerti. Menikmati kopi dengan penuh rasa syukur setara dengan duduk di masjid sambil bertafakur." bujuk kopi lagi.

Aku tak membantah. Percuma berdebat dengannya. Kesadaranku berkata, ia sedang berilusi karena kebanyakan minum kopi.


Suasana pun menjadi hening. Sementara di luar sana suara azan sudah mereda.

Dalam keheningan itulah kemudian aku teringat sesuatu. Kupandang kopi sekali lagi. Kali ini ia tersenyum. Manis sekali.

Lalu aku segera berganti baju, mengenakan sarung, dan memakai peci. Kemudian bergegas ke masjid, menyusul kopi yang ternyata sudah berangkat dari tadi.

(2017)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun