Mohon tunggu...
Darul Azis
Darul Azis Mohon Tunggu... Administrasi - Wirausahawan

Wirausahawan yang terkadang menulis

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Pemberontakan Puisi dan Matinya Koran di Kota Kami

22 Desember 2017   15:23 Diperbarui: 22 Desember 2017   15:28 866
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi(SHUTTERSTOCK) | Sumber: Kompas.com

Sejak semalam, kau telah disambut dengan riang dan gembira. Diiringi bacaan salawat dan kisah tentang para pemuda yang dilindungi Tuhannya.

Pagi tadi, kutemukan senyummu dalam bening embun yang berterbangan dan menempel pada hijau daun-daun.

Dan siang ini, kutemukan indahmu pada wajah para lelaki yang bersih-berseri-seri dan pada senyum ceria anak-anak setelah memasukkan infaq ke kotak amal yang berjalan menghampirinya.

(2017)

Ujian Dalam Secangkir Kopi

Sambil terus mencoba menulis puisi, aku menyesap kopi yang baru saja kubikin.


"Duh Gusti, siang ini kopi terasa nikmat sekali." Batinku mensyukuri rasa kopi.

Tak lama kemudian, suara azan salat Jumat berkumandang, memanggilku untuk segera datang.

Sejenak aku masih hanyut dalam rasa kopi. Tapi semakin lama suara azan terdengar semakin menjadi-jadi, saling susul dan bersahutan. Seolah tahu kalau pendengaranku terkadang membandel dan sering mencoba mengabaikan.

"Tidak Jumatan sekali-kali kan tak mengapa. Menikmati kopi siang-siang begini pasti akan membuatmu banyak menghasilkan puisi-puisi." kata kopi membujukku.

Aku nyengir kuda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun