Mohon tunggu...
Darmin Hasirun
Darmin Hasirun Mohon Tunggu... Menulis Agar Menjaga Nalar Sehat

Saya hobi menulis, menganalisis, membaca, dan travelling. Sekarang menjabat dengan Dekan Fakultas Ilmu Pemerintahan dan Hukum Universitas Muslim Buton

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Antara Membuka Lapangan Pekerjaan dan Program Makan Siang Bergizi

2 Maret 2025   16:28 Diperbarui: 2 Maret 2025   19:41 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Darmin Hasirun

Banyak pro dan kontra pasca diluncurkannya kebijakan Program Makan Siang Bergizi (MSB) membuat masyarakat jadi bingung, bagaimana sih rasionalitas kebijakan Pemerintah sampai membuat resah sebagian warga yang terancam akan di PHK dari perusahaan akibat efisiensi anggaran yang terkesan ugal-ugalan seperti dilansir dari kompas.com berjudul "Dampak Efisiensi: 2,1 juta Orang Terancam Menganggur hingga Meningkatkan Kecelakaan Mudik Lebaran" (10/02/2025). Target total yang didapatkan oleh Pemerintah dari kebijakan efisiensi anggaran sebesar Rp.306 triliun. Dari jumlah tersebut, dikabarkan bakal dialokasikan Rp.100 triliun untuk program MSB.

Banyak masyarakat yang menanggapi bahwa "Pemerintah bertanggungjawab memperbanyak lapangan pekerjaan bagi orang tua, sedangkan anak adalah tanggungjawab orang tuanya" ada pula yang mengatakan "jika anak senang mendapatkan makan siang bergizi, tetapi orang tuanya sedih mendapatkan PHK, tidak ada gunanya !".

Disinilah saya yang banyak mempelajari tentang Kebijakan Publik, harusnya baik Program Makan Siang Bergizi bagi anak-anak maupun Program Membuka Lapangan Kerja bagi orang tua dan anak muda tidak boleh dibuat dikotomi atau saling mengkorbankan satu sama lain. Kedua-duanya boleh berjalan secara simultan dan holistik, tanpa harus meniadakan program-program yang sifatnya strategis.

Pemerintah berkewajiban membuka lapangan pekerjaan bagi sebesar-besarnya untuk orang tua dan anak muda serta membuat program makan siang bergizi bagi anak-anak secara bertahap sesuai dengan kondisi keuangan dan ketahanan pangan nasional. Program makan siang gizi bagi anak merupakan program yang sangat baik bagi kesehatan anak dan prestasi akademik, disamping itu dapat membantu mengurangi biaya belanja dalam rumah tangga untuk kebutuhan makan siang anak.

Di negara-negara maju seperti Jepang sudah menerapkan Program makan siang di sekolah-sekolah yang dikenal dengan sebutan "Kyushoku" diterapkan sejak 1889 sampai sekarang. Dikutip dari kompas.com (22/02/2024) mengungkapkan program ini bertujuan untuk menyediakan makanan bergizi dan mengajarkan kebiasaan makan sehat kepada siswa. Siswa juga dilibatkan dalam penyajian dan pembersihan setelah makan sebagai bagian dari pendidikan karakter". Begitu pula di Korea Selatan yang dikenal dengan istilah Hakgyo-Geubsik artinya Layanan Makanan Sekolah". Program ini juga sudah berlangsung selama lebih dari 70 tahun yang diberikan kepada anak-anak sekolah secara gratis.  

Membuka lapangan pekerjaan anak orang tua dan anak muda adalah kewajiban bagi negara apalagi Indonesia sebagai negara Pancasila yang memberikan keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia. Membuka lapangan pekerjaan bagi orang tua dan anak muda maupun memberikan makan siang bergizi bagi anak-anak harusnya berjalan simultan bukan parsial dimana program satu diadakan dengan mengorbankan program lainnya.

Memang ada skala prioritas program tetapi saya lebih memilih Pemerintah Pusat membuka lapangan pekerjaan sebesar-besarnya bagi orang tua dan anak muda kemudian urusan kedua adalah program makan siang bergizi karena program makan siang bergizi lebih efektif pada negara-negara yang mempunyai ketersediaan sumber pangan yang memadai serta perekonomian yang mapan.

Baubau, 2 Maret 2025.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun