Mohon tunggu...
Dharono Trisawego
Dharono Trisawego Mohon Tunggu... -

saya sekarang bekerja didunia travel,

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Untung Ada Geliga, Jalan-jalan Jadi Gagah

24 Desember 2017   19:24 Diperbarui: 25 Desember 2017   16:27 1277
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: https://www.tokopedia.com

Sekitar 30 menit merasakan nuansa penangkaran rusa lalu dilanjutkan ke mencari lokasi Batu Selendang.

Penuh cerita legenda.

Dari penangkaran lalu menuju jalan utama. Dari jalan utama ini mencari papan nama yang bertulis Batu Selendang. Perjalanan dari penangkaran rusa ke Batu tulis sekitar 45 menit dengan jalan santai. Untung ada Geliga krim, jalan saya santai dan bertenaga kembali.

Tak terasa berjalan ada papan penunjuk ke arah Batu Selendang. Tapi apa yang terjadi kemudian ? Itu hanya jalan setapak dan kanan kiri banyak peohonan. Karena setapak jalannya harus hati hati, apalagi terasa basah di jalanan.

Begitu diujung menjadi kaget lagi. Tepat diujung ternyata ada jalan curam ke bawah sedalam 20 meter. Dan letak batu selendang  ada di tepian sungai antara Curug Kidang dan Curug Lalay.

Istri saya khawatir melihat jalan curam tersebut, apalagi kabarnya baru hujan kemarin, Jadi terlihat licin. Anak saya juga takut. Saya sendiri antara takut dan tidak. Tapi demi keselamatan anak istri, hanya bisa melihat lokasi Batu selendang dari atas.


"Gak apa apa adik sudah senang lihatnya meski gak kebawah," ujar anak saya.

Sebenarnya jika dilihat dari sejarah,  Batu selendang terbentuk dari lava Gunung Tangkuban Perahu. Lava encer itu kemudian mengeras setelah sebelumnya bergerak membentuk lipatan-lipatan yang khas menyerupai selendang.

Hamparan batu selendang yang tersingkap hanya 10 meter saja, tapi diperkirakan masih banyak batu model seperti itu di kawasan tersebut. Karena lokasinya di tepi sungai yang deras , belum ada ekploitasi lagi.

Batu selendang ini ditemukan oleh Agus Nana pada tanggal 19 mei 1983. Saat itu  sedang mencari cacing tanah untuk umpan pancingnya.

Batu Selendang itu terhampar di tepi Sungai Cikapundung, berdekatan dengan Curug Lalai membeku dalam batuan lava yang mengeras.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun