"Masa Mbak Wika mau lamaran, aku nggak dikasih tahu!"
Mak Linik menoyor kepala Wika karena sudah membocorkan acaranya, sementara Juleha terkikik puas.
"Dasar mulut empang!" protes Wika kesal.
"Jujur aja, Ha. Tiap liat kamu, emak kesal soalnya jadi ingat Safinah."
Mak Linik terus menceritakan penyebab perseteruan dengan madunya, sementara Juleha hanya manggut-manggut. Wika terlihat serba salah karena secara tidak langsung acara lamarannya menjadi salah satu pemicu perselisihan para istri bapak. Panggilan bapak dari kamar menghentikan ocehan ibu beranak satu tersebut.
Bapak tersengal sebab sesak napas, Mak Linik jadi ikut panik. Juleha segera mencari bantuan tetangga lalu mereka membawa bapak ke rumah sakit.
"Undur saja acara lamaran Wika, Mak. Kesehatan bapak lebih penting."
"Bapakmu hanya kambuh asmanya sebab terlalu stress mikirin tambak udang yang jebol. Habis dioksigen juga biasanya langsung sehat."
Jika tidak berada di ruang perawatan, Juleha ingin sekali teriak agar dua makhluk di hadapannya berhenti bicara. Tetapi, dia tidak ingin menimbulkan keributan.
Dalam hati kecilnya, Juleha pun sangat menyayangkan sikap Mak Linik yang terkesan egois dan ambisius. Ibu tirinya sangat tidak toleransi terhadap kondisi bapak.
[Bapak masuk rumah sakit, Mak. Asmanya kambuh, tapi emak tidak usah nyusul]