Mohon tunggu...
Danu Supriyati
Danu Supriyati Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis lepas

Penulis menempuh pendidikan jurusan Fisika, pernah menerbitkan buku solo Pesona Fisika, Gus Ghufron, dan beberapa antologi baik puisi maupun cerpen. Semoga tulisannya dapat bermanfaat bagi pembaca. Jejak tulisannya dapat dibaca di https://linktr.ee/danusupriyati07

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Mengejar Jodoh Juleha (4A)

4 Desember 2023   12:13 Diperbarui: 4 Desember 2023   12:17 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerbung. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Yuri B

Kisah gadis tomboi yang berliku dalam menemukan jodohnya. Ikuti kisah Juleha by Danu. Dilarang copas, ygy.

Juleha merasa Wika terlalu polos sehingga Anusapati bisa leluasa bermain api dengan perempuan lain. Sang kakak memang pandai secara akademis, tetapi sangat buta terhadap urusan asmara. Maklum, kakaknya memang anti pacaran selama sekolah dulu. Kini, begitu jatuh cinta harus masuk pada situasi yang keliru.

"Mbak Wika yakin mau terima lamaran dia?"

"Huum. Dia itu lelaki yang saleh, baik hati, perhatian sama keluarga kita."

Muak, itulah yang dirasakan oleh Juleha saat pujian terus meluncur dari bibir Wika. Seandainya kakaknya tahu sifat asli Anusapati, pasti akan broken heart. 

Menurut cerita Wika, pertemuannya dengan Anusapati terjadi saat bapak memesan furniture untuk warung makan keluarga.


Keluarga Juleha memang memiliki usaha warung makan, tetapi Mak Linik lebih mendominasi dalam kepengurusan. Posisi Wika sebagai kasir membuatnya sering bertemu dengan Anusapati sebab bos mebel tersebut rajin mampir semenjak bapak memborong furniture.

Juleha tidak bisa menikmati makan malam meskipun menu yang tersaji adalah kesukaannya. Mak Linik mengedipkan mata ke arah Wika yang ditanggapi dengan isyarat tidak tahu.

"Leha, makan yang bener!" tegur Mak Linik.

"Emak nggak anggap aku sebagai anak, ya?" jawab Juleha sambil menyuapkan rendang jengkol ke mulutnya sendiri.

"Gosah ngadi-gadi!"

"Masa Mbak Wika mau lamaran, aku nggak dikasih tahu!"

Mak Linik menoyor kepala Wika karena sudah membocorkan acaranya, sementara Juleha terkikik puas.

"Dasar mulut empang!" protes Wika kesal.

"Jujur aja, Ha. Tiap liat kamu, emak kesal soalnya jadi ingat Safinah."

Mak Linik terus menceritakan penyebab perseteruan dengan madunya, sementara Juleha hanya manggut-manggut. Wika terlihat serba salah karena secara tidak langsung acara lamarannya menjadi salah satu pemicu perselisihan para istri bapak. Panggilan bapak dari kamar menghentikan ocehan ibu beranak satu tersebut.

Bapak tersengal sebab sesak napas, Mak Linik jadi ikut panik. Juleha segera mencari bantuan tetangga lalu mereka membawa bapak ke rumah sakit.

"Undur saja acara lamaran Wika, Mak. Kesehatan bapak lebih penting."

"Bapakmu hanya kambuh asmanya sebab terlalu stress mikirin tambak udang yang jebol. Habis dioksigen juga biasanya langsung sehat."

Jika tidak berada di ruang perawatan, Juleha ingin sekali teriak agar dua makhluk di hadapannya berhenti bicara. Tetapi, dia tidak ingin menimbulkan keributan.

Dalam hati kecilnya, Juleha pun sangat menyayangkan sikap Mak Linik yang terkesan egois dan ambisius. Ibu tirinya sangat tidak toleransi terhadap kondisi bapak.

[Bapak masuk rumah sakit, Mak. Asmanya kambuh, tapi emak tidak usah nyusul]

Setelah pesan terkirim kepada emaknya, Juleha memilih keluar dari ruang perawatan. Wika mengekor lalu ikut duduk di kursi yang terletak di luar ruangan.

Keesokan harinya, napas bapak memang sudah stabil. Akan tetapi, kondisi fisiknya masih lemah sehingga dokter belum mengizinkan untuk pulang. Mak Linik terlihat kesal dan kecewa, dia terus menggerutu setelah dokter keluar ruangan.

"Kalian pulang saja, biar Juleha yang menemaniku di sini." Bapak berkata pelan. "Kamu mau kan, Ha?"

"Tentu, Pak. Aku akan siaga sampai bapak sehat."

"Persiapan lamarannya Wika sudah matang, Bang. Nggak mungkin kalau dibatalin."

"Makanya, Nik. Kamu pulang sama Wika, teruskan saja acaranya. Mereka pasti maklum. Jangan lupa kabari Atmojo!"

"Atmojo siapa, Pak?" tanya Wika dan Juleha bersamaan.

"Bang, nanti biar Safinah nyusul ke sini. Aku sama Wika pulang dulu."

***bersambung***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun