Saya terdiam sejenak setelah mendengar itu. Betapa banyak dari kita yang lupa, bahwa petani bukan hanya butuh alat dan subsidi, tetapi juga butuh penghargaan, semangat, dan kehadiran. Dandi dan petani-petani muda lainnya adalah pilar masa depan pangan kita. Mereka bekerja diam-diam, mengolah tanah, menanam benih, menyiram harapan.
Kisah Dandi membuktikan bahwa hortikultura, khususnya mentimun, bukan sekedar komoditas musiman, tapi bisa menjadi sumber penghidupan yang menjanjikan jika dikelola dengan serius dan berkelanjutan.
Cerita Dandi mengingatkan saya bahwa harapan bisa tumbuh dari lahan sederhana, dari tanaman yang sering dianggap remeh seperti mentimun.
Tetapi justru dari sanalah Dandi membuktikan diri, bahwa dengan ketekunan, semangat, dan kejujuran, seorang petani muda bisa membangun kehidupan yang layak, bahkan memberi inspirasi.
Kita, siapa pun yang peduli pada masa depan pangan, tak boleh membiarkan petani seperti Dandi berjuang sendirian. Mari bantu menyuarakan semangat mereka, membeli hasil tani mereka, dan hadir memberi dorongan.Â
Karena dari ladang-ladang mentimun di Mamuju, tumbuh harapan yang segar, seperti mentimun yang ia panen, penuh kesegaran, penuh kehidupan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI