• Mendampingi unit usaha BUMDes mendapatkan sertifikasi standar kualitas (misalnya, SNI untuk produk pupuk, sertifikasi halal untuk produk makanan) agar dapat menembus rantai pasok ritel modern dan ekspor.
D. Membangun Akademi BUMDes Lokal:Â
• Bermitra dengan kampus terdekat dan generasi muda diaspora desa (alumni) untuk membuat program pelatihan manajemen, branding, dan keuangan secara berkelanjutan bagi pengelola BUMDes dan UMKM lokal.
4. Strategi Paling Realistis Diterapkan di Desa-desa Indonesia:
Strategi yang menurut saya paling realistis diterapkan di sebagian besar desa Indonesia adalah memperkuat dan menginovasi peran BUMDes melalui unit usaha jasa pelayanan dasar (utilitas) dan pengolahan potensi lokal.
Berikut beberapa strateginya:
A. Pelayanan Dasar (Air Bersih, Listrik, Sampah): Setiap desa pasti membutuhkan air bersih, listrik (meski hanya Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro atau surya komunal), dan pengelolaan sampah. Unit usaha ini memiliki pasar yang pasti (monopoli sehat), memberikan pendapatan rutin, dan pada saat yang sama, menyelesaikan masalah dasar masyarakat. Model ini lebih stabil dibandingkan pariwisata yang sangat rentan terhadap isu keamanan, infrastruktur, atau pandemi.
Contoh Panggungharjo: Unit pengelolaan air bersih dan sampah memberikan pemasukan harian dan langsung dirasakan manfaatnya oleh warga.
B. Pengolahan Potensi Lokal dengan Nilai Tambah Rendah (Low-Hanging Fruits): Daripada hanya menjual bahan mentah (misalnya, beras atau gabah), BUMDes bisa fokus pada pengolahan sederhana yang cepat menghasilkan uang.
Contoh Realistis: Penggilingan padi desa, pengeringan hasil panen, atau kemasan produk UMKM lokal. Investasinya relatif kecil, tetapi memberikan nilai tambah yang signifikan bagi petani atau pelaku usaha desa.
Kesimpulannya, strategi ini meminimalkan risiko, memberikan manfaat langsung kepada masyarakat, dan menciptakan pondasi arus kas yang kuat sebelum beralih ke inovasi yang lebih kompleks seperti wisata atau teknologi tinggi.Â